Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, bahwa hal yang paling sulit diterimanya adalah sebuah fitnah.
Hal demikian dikatakannya saat acara puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76, Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/12/2013).
"Soal kritik tadi begini saudara-saudara. Saya harus mengatakan dan ini tahun terakhir saya memimpin. Sebelum jatuh tempo saya akan menyampaikan, apa yang ada dalam isi hati saya. Kritik yes, ribuan kritik yang saya terima sejak 20 Oktober 2004, not only puluhan ratusan, thousands," ujar Presiden SBY.
SBY mengaku selama sembilan tahun menjabat sebagai kepala negara, dirinya sering mendapat berbagai serangan. Dia pun membagi kiat kepada calon presiden agar dapat bertahan.
Hal demikian dikatakannya saat acara puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76, Lembaga Kantor Berita Nasional Antara di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta, Rabu (18/12/2013).
"Soal kritik tadi begini saudara-saudara. Saya harus mengatakan dan ini tahun terakhir saya memimpin. Sebelum jatuh tempo saya akan menyampaikan, apa yang ada dalam isi hati saya. Kritik yes, ribuan kritik yang saya terima sejak 20 Oktober 2004, not only puluhan ratusan, thousands," ujar Presiden SBY.
SBY mengaku selama sembilan tahun menjabat sebagai kepala negara, dirinya sering mendapat berbagai serangan. Dia pun membagi kiat kepada calon presiden agar dapat bertahan.
"Mengapa saya bisa bertahan hingga saat ini, survive selama sembilan
tahun diberondong dengan berbagai serangan, ada rahasianya,
mudah-mudahan para capres mendengar," kata SBY.
SBY pun berbagi kisah tentang hubungannya dengan insan pers yang ia
jalin selama ini. Menurutnya, pers merupakan bagian dari demokrasi.
"Saya ingin bicara hubungan pers dengan demokrasi. Betapa pentingnya
tautan pers dengan demokrasi, pers adalah pilar penting demokrasi dan
untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa. Pers juga amat penting
mengontrol kekuasaan, mengontrol pemerintahan," ungkapnya.
Sejak dulu SBY mengaku sebagai pendukung kebebasan dalam berpendapat, terlebih sejak era reformasi 1998.
"Saya sejak dulu adalah pendukung kebebasan pers, saudara masih ingat
reformasi 1998, selagi saya dan teman-teman menjalankan reformasi
militer saat di Fraksi ABRI. Salah satunya perlu dibebankan adalah
kemerdekaan pers," bebernya.
SBY mengklaim peduli terhadap perkembangan dunia pers. "Pemberitaan pers
harus berimbang, tidak berprasangka buruk, meminta jawaban dari kedua
belah pihak. Saya mengajak dunia pers dan media massa menjalankan itu
semua," pinta SBY.
"Saya menyadari sebagai pemimpin dibenci dan dipuji. Saya menyadari kalau ada apa-apa SBY salah, SBY tak benar di depan, disalahkan segala macam," imbuhnya.
Maka dari itu, dalam kesempatan itu, dia mengajak segenap masyarakat untuk menjauhkan negeri ini dari fitnah.
"Jangan menjadi lautan fitnah, tapi jadilah lautan kebenaran. Oleh karena itu, misalnya saya mengambil keputusan, saya menetapkan kebijakan, saya melakukan tindakan. Tanggapannya beragam, ada yang setuju, ada yang tak setuju. Ada yang menyalahkan, ada yang membenarkan, ada yang menolak, ada yang menerima, itulah demokrasi," pungkasnya. (*okz)
"Saya menyadari sebagai pemimpin dibenci dan dipuji. Saya menyadari kalau ada apa-apa SBY salah, SBY tak benar di depan, disalahkan segala macam," imbuhnya.
Maka dari itu, dalam kesempatan itu, dia mengajak segenap masyarakat untuk menjauhkan negeri ini dari fitnah.
"Jangan menjadi lautan fitnah, tapi jadilah lautan kebenaran. Oleh karena itu, misalnya saya mengambil keputusan, saya menetapkan kebijakan, saya melakukan tindakan. Tanggapannya beragam, ada yang setuju, ada yang tak setuju. Ada yang menyalahkan, ada yang membenarkan, ada yang menolak, ada yang menerima, itulah demokrasi," pungkasnya. (*okz)
Posting Komentar