DALAM
dunia sepakbola, nama Frederic Kanoute mungkin tidak begitu terkenal
seperti halnya Lionel Messi, Wayne Rooney, atau mungkin Ronaldo. Walau
tidak menjulang seperti ketiga orang itu, tapi Kanoute mempunyai
prestasi yang cukup membanggakan.
Lebih karena itu, Kanoute dikenal sebagai pesepak bola Muslim yang taat. Ia kerap melakukan salat lima waktu di ruang ganti ketika pertandingan berjalan, tetap berpuasa dalam pertandingan dan latihan di bulan Ramadan, tidak meminum bir, menyelamatkan sebuah masjid di Sevilla, dan meminta kostum khusus tanpa sponsor karena Sevilla—klubnya tampat ia bernaung ketika itu—disponsori oleh rumah Juni. Kanoute juga menjadi satu-satunya pesepak bola Muslim di Eropa yang menunjukkan dukungannya langsung di lapangan dalam sebuah pertandingan resmi atas tragedi Palestina tiga tahun yang lalu. Ketika itu ia mengenakan kaos dalam yang bertulikan “Palestina” dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab. Sekarang Kanoute bermain di Liga China dengan klub Beijing Guoan.
Berikut adalah petikan wawancaranya dengan Don Balon.
Statistik Anda sangat mengesankan …
Secara keseluruhan, saya masih relatif senang dengan apa yang saya lakukan di sini sejak kedatangan saya.
Apakah Anda merasa Anda telah menang di Spanyol?
Saya kira begitu, karena saya telah memenangkan gelar dengan Sevilla. Kami telah memenangkan Copa del Rey, dua Piala UEFA, Supercup Spanyol dan Supercup Eropa.
Apakah betul Barcelona pernah mengontrak Anda?
Saya tahu bahwa Barca telah memberitahu saya beberapa kali di masa lalu dan saya pernah membayangkan ada di sana. Barca adalah klub yang menarik bagi saya.
Samuel Eto’o pernah mengatakan ia ingin hidup sebagai orang dengan kulit hitam dan putih. Apa pendapat Anda tentang pernyataan ini?
Saya belum pernah mendengarnya dan saya merasa terkejut karena datang dari seseorang yang berasal Afrika.
Anda pernah bermain di Inggris. Mana yang lebih enak, tinggal di Inggris ataukah Spanyol?
Secara pribadi, saya senang tinggal di Inggris. Tapi di Inggris sulit menggabungkan kehidupan pribadi dan professional, sementara di Spanyol, saya berhasil menggabungkan dua hal itu dan merasa baik-baik saja, di dalam maupun di luar lapangan.
Mengapa Anda menolak timnas Prancis?
Saya memang memiliki kesempatan untuk bermain di timnas Prancis, tapi kemudian saya lebih memilih Mali. Di usia 14-15, saya mengikuti sepak bola Afrika melalui televisi dan saya jatuh cinta. Pada usia itu, saya sudah menyatakan satu hari saya akan bermain untuk Mali. Ini adalah keinginan bahwa saya selalu memiliki darah Mali dalam diri saya.
Prancis mengerti keputusan Anda?
Banyak pejabat di Prancis yang mengatakan bahwa saya telah melakukan kesalahan.
Di Prancis, agama dan budaya hidup dalam harmoni?
Ya, Perancis merupakan negara multikultural. Mengenai agama, pada usia 19 tahun, saya memutuskan untuk memeluk Islam. Melalui Islam, saya menemukan jawaban, keseimbangan, dan perdamaian.
Itulah mengapa Anda mendedikasikan gol-gol Anda kepada Islam?
Saya hanya mendedikasikan gol saya, saya perlu mengucapkan terima kasih atas semua yang telah diberikan Allah dalam hidup saya. Ketika saya mencapai sesuatu yang baik dalam hidup saya, saya selalu bersyukur pertama kali kepada Allah karena melalui karuniaNya saya bernapas.
Sejak 11 September 2001 Muslim selalu berada di bawah pantauan…
Saya tahu dan saya memahami tetapi serangan itu dilakukan oleh sebuah kelompok yang bodoh saja. Serangan itu telah melukai umat Islam. Kami mendengar dan membaca banyak omong kosong tentang Islam. Media telah membuat rasa takut terhadap Muslim. George Bush telah menggunakan alasan terorisme untuk menyerang Irak dan Afghanistan.
Beberapa pemain sepakbola menghina Anda karena Anda adalah Muslim?
Ya, dan beberapa dari mereka masih bermain di Spanyol. Saya setuju bahwa sulit bagi saya untuk mendengar hal-hal tertentu dan saya tergoda untuk menanggapi. Di Inggris, pemain banyak saling menghina, tetapi tidak pernah atas dasar agama atau warna kulit.
Bisa dijelaskan ketika Anda memakai jersey (kostum) dukungan Anda untuk rakyat Palestina di tahun 2009?
Terkadang, para pemain juga seperti seniman yang melakukan hal-hal yang orang lain lakukan di jalanan selama demonstrasi misalnya.
Tetapi Anda lakukan di lapangan …
Saya merasa itu menjadi tugas saya. Itu yang terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang pemain bola.
Ketahuilah bahwa itu sangat tidak biasa di lingkungan sepakbola …
Tapi saya siap menghadapi kenyataan bahwa orang-orang berbicara tentang saya. [sa/islampos/donbalon]
Lebih karena itu, Kanoute dikenal sebagai pesepak bola Muslim yang taat. Ia kerap melakukan salat lima waktu di ruang ganti ketika pertandingan berjalan, tetap berpuasa dalam pertandingan dan latihan di bulan Ramadan, tidak meminum bir, menyelamatkan sebuah masjid di Sevilla, dan meminta kostum khusus tanpa sponsor karena Sevilla—klubnya tampat ia bernaung ketika itu—disponsori oleh rumah Juni. Kanoute juga menjadi satu-satunya pesepak bola Muslim di Eropa yang menunjukkan dukungannya langsung di lapangan dalam sebuah pertandingan resmi atas tragedi Palestina tiga tahun yang lalu. Ketika itu ia mengenakan kaos dalam yang bertulikan “Palestina” dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Arab. Sekarang Kanoute bermain di Liga China dengan klub Beijing Guoan.
Berikut adalah petikan wawancaranya dengan Don Balon.
Statistik Anda sangat mengesankan …
Secara keseluruhan, saya masih relatif senang dengan apa yang saya lakukan di sini sejak kedatangan saya.
Apakah Anda merasa Anda telah menang di Spanyol?
Saya kira begitu, karena saya telah memenangkan gelar dengan Sevilla. Kami telah memenangkan Copa del Rey, dua Piala UEFA, Supercup Spanyol dan Supercup Eropa.
Apakah betul Barcelona pernah mengontrak Anda?
Saya tahu bahwa Barca telah memberitahu saya beberapa kali di masa lalu dan saya pernah membayangkan ada di sana. Barca adalah klub yang menarik bagi saya.
Samuel Eto’o pernah mengatakan ia ingin hidup sebagai orang dengan kulit hitam dan putih. Apa pendapat Anda tentang pernyataan ini?
Saya belum pernah mendengarnya dan saya merasa terkejut karena datang dari seseorang yang berasal Afrika.
Anda pernah bermain di Inggris. Mana yang lebih enak, tinggal di Inggris ataukah Spanyol?
Secara pribadi, saya senang tinggal di Inggris. Tapi di Inggris sulit menggabungkan kehidupan pribadi dan professional, sementara di Spanyol, saya berhasil menggabungkan dua hal itu dan merasa baik-baik saja, di dalam maupun di luar lapangan.
Mengapa Anda menolak timnas Prancis?
Saya memang memiliki kesempatan untuk bermain di timnas Prancis, tapi kemudian saya lebih memilih Mali. Di usia 14-15, saya mengikuti sepak bola Afrika melalui televisi dan saya jatuh cinta. Pada usia itu, saya sudah menyatakan satu hari saya akan bermain untuk Mali. Ini adalah keinginan bahwa saya selalu memiliki darah Mali dalam diri saya.
Prancis mengerti keputusan Anda?
Banyak pejabat di Prancis yang mengatakan bahwa saya telah melakukan kesalahan.
Di Prancis, agama dan budaya hidup dalam harmoni?
Ya, Perancis merupakan negara multikultural. Mengenai agama, pada usia 19 tahun, saya memutuskan untuk memeluk Islam. Melalui Islam, saya menemukan jawaban, keseimbangan, dan perdamaian.
Itulah mengapa Anda mendedikasikan gol-gol Anda kepada Islam?
Saya hanya mendedikasikan gol saya, saya perlu mengucapkan terima kasih atas semua yang telah diberikan Allah dalam hidup saya. Ketika saya mencapai sesuatu yang baik dalam hidup saya, saya selalu bersyukur pertama kali kepada Allah karena melalui karuniaNya saya bernapas.
Sejak 11 September 2001 Muslim selalu berada di bawah pantauan…
Saya tahu dan saya memahami tetapi serangan itu dilakukan oleh sebuah kelompok yang bodoh saja. Serangan itu telah melukai umat Islam. Kami mendengar dan membaca banyak omong kosong tentang Islam. Media telah membuat rasa takut terhadap Muslim. George Bush telah menggunakan alasan terorisme untuk menyerang Irak dan Afghanistan.
Beberapa pemain sepakbola menghina Anda karena Anda adalah Muslim?
Ya, dan beberapa dari mereka masih bermain di Spanyol. Saya setuju bahwa sulit bagi saya untuk mendengar hal-hal tertentu dan saya tergoda untuk menanggapi. Di Inggris, pemain banyak saling menghina, tetapi tidak pernah atas dasar agama atau warna kulit.
Bisa dijelaskan ketika Anda memakai jersey (kostum) dukungan Anda untuk rakyat Palestina di tahun 2009?
Terkadang, para pemain juga seperti seniman yang melakukan hal-hal yang orang lain lakukan di jalanan selama demonstrasi misalnya.
Tetapi Anda lakukan di lapangan …
Saya merasa itu menjadi tugas saya. Itu yang terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang pemain bola.
Ketahuilah bahwa itu sangat tidak biasa di lingkungan sepakbola …
Tapi saya siap menghadapi kenyataan bahwa orang-orang berbicara tentang saya. [sa/islampos/donbalon]
Posting Komentar