Dua nenek yang hidup sebatang kara di hutan selama bertahun-tahun berharap namanya tercantum sebagai penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM/Balsem). Meski nilainya hanya Rp 150 ribu per bulan, namun bagi warga miskin seperti kedua nenek yang sudah tidak produktif lagi ini, BLSM meringankan beban hidupnya.
Pantauan Liputan 6 SCTV, Sabtu (29/6/2013), Kanne Kindo (90), nenek yang hidup di tengah hutan yang jauh dari pemukiman penduduk di Desa Luyo, Kecamatan Luyo, Polewali Mandar, ini tinggal di gubuk berukuran 1,5 x 2 meter. Sudah belasan tahun ia tak bisa meninggalkan tempatnya. Jangankan bekerja menggarap kebun, menyiapkan keperluannya saja seperti membeli beras atau mie instan untuk menyambung hidup tak bisa dilakukan sendirian.
Kindo yang berharap sepenuhnya pada warga di desanya ini kerap harus berpuasa berhari-hari atau tidak minum jika kebetulan persiapan makanan dan air minum pemberian warga habis, dan tak ada warga yang bisa diminta pertolongan.
Meski pendataan warga miskin belum dilakukan di tempatnya, namun Kindo berharap bantuan BLSM senilai Rp 150 ribu bagi warga seperti dirinya sangatlah berarti. Maklum, sejak belasan tahun Kindo sudah tak bisa bekerja dan meninggalkan gubuknya karena lumpuh. Seluruh hidupnya tergantung pada belas kasihan orang lain di sekitarnya.
Nasib yang tidak jauh berbeda juga dialami Kanne Baha. Lansia 95 tahun yang tinggal di hutan di Dusun Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar ini terpaksa masih harus bekerja menggarap kebun ubi dan singkong untuk bisa menyambung hidup. Seperti Kindo, Baha yang hidup sebatangkara sejak belasan tahun karena tak punya sanak keluarga ini hanya berharap dari belas kasihan warga dan para dermawan yang bersimpati dengan kehidupannya.
Jika persedian beras atau makanan pemberian orang lain sudah habis, Baha kerap hanya makan ubi dan singkong di kebun miliknya. Baha sudah puluhan tahun tak bisa bepergian. Untuk membeli persediaan beras atau makanan jika ada warga atau dermawan yang menyumbang, Baha hanya minta tolong kepada warga yang kebetulan lewat di sekitar rumahnya.
Meski nilanya tak seberapa bagi ukuran mereka yang berkecukupan, namun BLSM senilai Rp 150 ribu per bulan bagi warga miskin seperti nenek Kindo dan Baha sudah cukup membantu untuk menyambung biaya hidup yang selama ini memang hanya berharap pada belas kasihan warga.
Baik Kindo maupun Baha ingin agar pendataan warga miskin yang tengah dilakukan pemerintah tidak lupa mencantumkan namanya sebagai salah satu penerima bantuan sosial dari pemerintah itu.
Posting Komentar