TASIKMALAYA: Detasemen Khusus (Densus) 88 kembali menangkap santri yang juga guru ngaji di Tasikmalaya.
Fajar Sidiq (25) disergap ketika akan pulang ke rumahnya, setelah mendatangi jasa penitipan barang. Hingga kini pihak keluarga tidak yakin anaknya adalah terduga “teroris”.
Penangkapan terhadap Fajar Sidik (FS) warga Leuwianyar, Sukamanah, Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat ini terjadi pada Rabu (27/3/2013) lalu, sekitar pukul 10.00 WIB. Dia ditangkap anggota Densus 88 ketika akan pulang ke rumahnya setelah mendatangi jasa penitipan barang Dakota Cargo di Jalan Kalangsari, Cipedes, Kota Tasikmalaya.
FS langsung disergap oleh enam orang yang diketahui sebagai anggota Densus 88 dengan mengendarai dua unit motor dan satu unit mobil.
Menurut saksi mata, Mumuh Muhtadin, FS disergap ketika berada di depan jasa penitipan barang Dakota Cargo. Tiba-tiba dua sepeda motor yang diketahui sebagai anggota Densus 88 langsung menyergap dari belakang hingga FS terjatuh. Bahkan anggota Densus sempat mengarahkan pistol ke atas.
Tanpa perlawanan, FS dibawa ke dalam mobil Toyota Avanza warna hitam. Begitu pun kendaraan motor milik FS dibawa anggota Densus menuju arah Bandung.
Menurut Hilmi, paman FS, sebelum mendapat laporan dari pihak kepolisian, pihak keluarga sempat mencari FS selama tiga hari ke beberapa temannya dan kerabat di wilayah Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar. Bahkan keluarganya sempat menanyakan kepada beberapa warga setempat, namun keberadaan FS tidak diketahui.
Istri dan keluarganya baru mengetahui FS sudah diamankan oleh anggota Densus 88, setelah adanya surat pemberitahuan penangkapan yang diterima pada hari Senin (1/4/2013), kemarin.
Hingga kini pihak keluarga merasa tidak yakin jika FS seorang “teroris”. Di mata keluarga, FS dikenal sebagai kepala rumah tangga yang baik dan guru mengaji di masjid, serta memiliki usaha busana Muslim.
Saat ditemui, Khoerudin, orang tua FS di rumahnya mengaku, pihak keluarga sudah mendapat kabar bahwa FS dalam kondisi baik dan saat ini masih ditahan di rutan Brimob Kelapa dua Jakarta.
Khoerudin, tidak menerima dan sangat menyesalkan atas penangkapan anaknya oleh Densus 88 yang terkesan arogan, karena FS tidak pernah terlibat dan melakukan aksi “terorisme”. Pihak keluarga berharap agar Densus 88 secepatnya memulangkan FS.
Jika tidak terbukti terlibat dalam aksi “terorisme”, keluarga akan menutut Densus 88 dan meminta kepada pemerintah untuk membubarkan Densus 88, karena dinilai telah memfitnah serta membuat malu keluarga.
Seperti dilansir inilah.com, ayah dua anak yang juga wirausahawan kerudung dan busana Muslim ini saat ditangkap langsung ditutup kain hitam oleh 6 orang dan dibawa pergi entah ke mana.
“Saat kejadian, kami pihak keluarga benar-benar kebingungan. Fajar telah diculik, dia seperti ditelan bumi,” tutur Hilmi.
Pihak keluarga sendiri baru mengetahui Fajar ditangkap Densus 88 setelah 6 hari kemudian, persisnya Senin (1/4/2013) kemarin.
Dia bersama keluarga dan masyarakat sekitar mengaku kaget. Fajar yang selama ini dikenal baik, rendah hati, penyayang dan tidak pernah melakukan tindakan kriminal, tiba-tiba ditangkap Densus 88.
“Kami menuntut keadilan dari pemerintah, jangan bertindak semena-mena terhadap warga negaranya, junjung tinggi Hak Asasi Manusia,” tegas Hilmi.
Dia juga mengecam tindakan Densus 88 dan meminta pemerintah agar segera membubarkan detasemen ini.
Sementara itu, ribuan massa yang terdiri dari sejumlah ormas, himpunan mahasiswa, pelajar dan santri dari berbagai wilayah di Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar melakukan aksi, Selasa (2/4/2013) di Institusi Polri melalui Polresta Tasikmalaya dan DPRD Kab Tasikmalaya.
Dalam surat undangan yang dikeluarkan Majelis Mujahidin Lajnah Perwakilan Daerah Tasikmalaya, nomor 017/MM/IV/2013, aksi solidaritas Muslim Tasikmalaya menggelar orasi di Mapolresta Tasikmalaya dan DPRD Kota Tasikmalaya. Ribuan massa dikabarkan menghadiri aksi ini. Sumber: rmol.com/inilah.com (salam-online)
Fajar Sidiq (25) disergap ketika akan pulang ke rumahnya, setelah mendatangi jasa penitipan barang. Hingga kini pihak keluarga tidak yakin anaknya adalah terduga “teroris”.
Penangkapan terhadap Fajar Sidik (FS) warga Leuwianyar, Sukamanah, Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat ini terjadi pada Rabu (27/3/2013) lalu, sekitar pukul 10.00 WIB. Dia ditangkap anggota Densus 88 ketika akan pulang ke rumahnya setelah mendatangi jasa penitipan barang Dakota Cargo di Jalan Kalangsari, Cipedes, Kota Tasikmalaya.
FS langsung disergap oleh enam orang yang diketahui sebagai anggota Densus 88 dengan mengendarai dua unit motor dan satu unit mobil.
Menurut saksi mata, Mumuh Muhtadin, FS disergap ketika berada di depan jasa penitipan barang Dakota Cargo. Tiba-tiba dua sepeda motor yang diketahui sebagai anggota Densus 88 langsung menyergap dari belakang hingga FS terjatuh. Bahkan anggota Densus sempat mengarahkan pistol ke atas.
Tanpa perlawanan, FS dibawa ke dalam mobil Toyota Avanza warna hitam. Begitu pun kendaraan motor milik FS dibawa anggota Densus menuju arah Bandung.
Menurut Hilmi, paman FS, sebelum mendapat laporan dari pihak kepolisian, pihak keluarga sempat mencari FS selama tiga hari ke beberapa temannya dan kerabat di wilayah Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar. Bahkan keluarganya sempat menanyakan kepada beberapa warga setempat, namun keberadaan FS tidak diketahui.
Istri dan keluarganya baru mengetahui FS sudah diamankan oleh anggota Densus 88, setelah adanya surat pemberitahuan penangkapan yang diterima pada hari Senin (1/4/2013), kemarin.
Hingga kini pihak keluarga merasa tidak yakin jika FS seorang “teroris”. Di mata keluarga, FS dikenal sebagai kepala rumah tangga yang baik dan guru mengaji di masjid, serta memiliki usaha busana Muslim.
Saat ditemui, Khoerudin, orang tua FS di rumahnya mengaku, pihak keluarga sudah mendapat kabar bahwa FS dalam kondisi baik dan saat ini masih ditahan di rutan Brimob Kelapa dua Jakarta.
Khoerudin, tidak menerima dan sangat menyesalkan atas penangkapan anaknya oleh Densus 88 yang terkesan arogan, karena FS tidak pernah terlibat dan melakukan aksi “terorisme”. Pihak keluarga berharap agar Densus 88 secepatnya memulangkan FS.
Jika tidak terbukti terlibat dalam aksi “terorisme”, keluarga akan menutut Densus 88 dan meminta kepada pemerintah untuk membubarkan Densus 88, karena dinilai telah memfitnah serta membuat malu keluarga.
Seperti dilansir inilah.com, ayah dua anak yang juga wirausahawan kerudung dan busana Muslim ini saat ditangkap langsung ditutup kain hitam oleh 6 orang dan dibawa pergi entah ke mana.
“Saat kejadian, kami pihak keluarga benar-benar kebingungan. Fajar telah diculik, dia seperti ditelan bumi,” tutur Hilmi.
Pihak keluarga sendiri baru mengetahui Fajar ditangkap Densus 88 setelah 6 hari kemudian, persisnya Senin (1/4/2013) kemarin.
Dia bersama keluarga dan masyarakat sekitar mengaku kaget. Fajar yang selama ini dikenal baik, rendah hati, penyayang dan tidak pernah melakukan tindakan kriminal, tiba-tiba ditangkap Densus 88.
“Kami menuntut keadilan dari pemerintah, jangan bertindak semena-mena terhadap warga negaranya, junjung tinggi Hak Asasi Manusia,” tegas Hilmi.
Dia juga mengecam tindakan Densus 88 dan meminta pemerintah agar segera membubarkan detasemen ini.
Sementara itu, ribuan massa yang terdiri dari sejumlah ormas, himpunan mahasiswa, pelajar dan santri dari berbagai wilayah di Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar melakukan aksi, Selasa (2/4/2013) di Institusi Polri melalui Polresta Tasikmalaya dan DPRD Kab Tasikmalaya.
Dalam surat undangan yang dikeluarkan Majelis Mujahidin Lajnah Perwakilan Daerah Tasikmalaya, nomor 017/MM/IV/2013, aksi solidaritas Muslim Tasikmalaya menggelar orasi di Mapolresta Tasikmalaya dan DPRD Kota Tasikmalaya. Ribuan massa dikabarkan menghadiri aksi ini. Sumber: rmol.com/inilah.com (salam-online)
Posting Komentar