BANDA ACEH – Seruan Walikota Lhokseumawe yang tak membolehkan Muslimah
“mengangkang” di atas kendaraan (motor), menuai pro dan kontra.
Walau demikian, Walikota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, secara resmi telah
mengumumkan seruan tersebut pada Senin (7/1) kemarin. Terkait dengan
polemik yang muncul, kalangan aktivis Aceh mendesak pihak luar agar
tidak terlalu campur tangan urusan Aceh.
“Hanya orang Aceh yang mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan,”
kata Haekal Afifa, aktivis Koalisi NGO HAM Aceh, ketika ditemui
kontributor Republika.co.id, Teuku Zulkhairi, Selasa (8/1).
Menurutnya, pihak luar harus menghormati kearifan lokal Aceh, karena memang Indonesia ini dibangun berbagai perbedaan.
“Indonesia sebagai negara yang multikultural, tidak selayaknya
'tokoh-tokoh dan media di Jakarta atau di luar teritorial kebudayaan
Aceh mengecam soal aturan yang diberlakukan oleh Pemkot Lhokseumawe.
Sebab, mengangkang itu merupakan adat dan budaya malu (aib) bagi orang
Aceh,” kata pria yang juga aktif di Institut Peradaban Aceh ini.
Jadi, lanjut Haekal, dalam komunikasi kebudayaan yang ideal dan demi
menghindari konflik kultural, aturan itu harus dihormati dan dimengerti
sebagai sebuah perbedaan budaya di Indonesia.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Thayeb Loh Angen, aktivis di Pusat
Kebudayaan Aceh-Turki (PuKat). Menurutnya, aturan larangan ngangkang
yang dibuat Pemerintah Kota Lhokseumawe adalah hak ekslusif penduduk
setempat.
“Jika ada penduduk dari luar kota tersebut yang menghujat, berarti
tukang fitnah atau provokator pelanggar HAM dan demokrasi,” ujarnya.
Dalam pandangan Thayeb, penduduk luar Kota Lhokseumawe yang mengkritisi
kebijakan tersebut hanya mencari sensasi di media. “Kalau kita cek,
wilayah dan keluarga pengkritik itu sendiri banyak keburukannya.”
Aceh, lanjut Thayeb, punya hak istimewa dalam menentukan aturan,
termasuk Lhokseumawe. Para penghujat dari luar, apalagi dari luar Aceh
adalah provokator yang merusak keberagaman dan kekayaan budaya di
Indonesia.
“Pemerintah RI harus mendiamkan tukang fitnah ini, demi kelanjutan perdamaian di Aceh,” tandasnya.
REPUBLIKA | ROL | ATCY | AZ
Posting Komentar