Produsen ponsel pintar Blackberry mencatat rugi terbesar dalam kuartal ini, yaitu US$ 4,4 miliar atau setara Rp52 triliun lebih. Secara keseluruhan, pendapatan perusahaan ini turun 56 persen menjadi hanya US$ 1,2 miliar.
BlackBerry hanya menjual 1,9 juta handset pada kuartal tersebut. Sejak diluncurkan pada Januari, hanya 4,6 juta perangkat handset BB10 yang terjual, kurang dari setengah dari total penjualan.
Catatan ini menjadi pukulan telak bagi CEO baru BlackBerry, John Chen. Ia sebelumnya mengisyaratkan strategi baru yang berfokus pada penyediaan e-mail yang aman dan manajemen perangkat untuk usaha besar.
Kerugian kali ini adalah yang terbesar dalam sejarah perusahaan. Namun Chen bersikeras bahwa perusahaan masih "sangat hidup". Ia bertekad untuk menjadikan perusahaan itu bukan lagi sebagai perusahaan pembuat handset saja.
Perusahaan ini mengumumkan kemitraan lima tahun dengan Taiwan Foxconn, yang telah membuat produk untuk Apple dan Microsoft. Kedua pihak akan bersama-sama menjajagi kemungkinan mengembangkan dan memproduksi telepon pintar untuk perusahaan asal Kanada ini.
Chen mengambil alih kemudi Blackberry pada 45 hari yang lalu setelah rapat perombakan radikal yang menggulingkan pemimpin sebelumnya, Thorsten Heins. Ia mengakui bahwa perusahaan telah kehilangan uang pada bisnis handset sebagai bagian dari degradasi bisnis selama dua tahun terakhir.
Persaingan dari Apple dan Samsung memaksanya hengkang dari posisi komandan di pasar konsumen ponsel pintar dan kembali ke asal-usulnya.
Posting Komentar