Isu penyadapan yang dilakukan Pemerintah Australia mengundang reaksi keras dari berbagai kalangan di Indonesia, tak terkecuali di dunia maya. Bahkan, para peretas Indonesia beramai-ramai menyerang situs-situs Australia.
Tindakan yang dikenal sebagai cyber attack bertujuan untuk menunjukkan eksistensi dan kemampuan kaum muda Indonesia untuk mengusik kenyamanan negeri kangguru.
Analis Akar Rumput Strategic Consulting ARSC, Immanuel More, mengatakan keberadaan social media sebagai salah satu aspek keterlibatan publik menjadi signifikan ketika institusi-institusi demokrasi tidak bekerja baik dalam membela kepentingan nasional.
"Pada tingkat domestik, kebangkitan mereka terlihat ketika menyerang dan mengkritisi para pemimpin lokal atau nasional yang tidak becus dan tidak populer. Sementara, tingkat internasional, keterlibatan mereka muncul ketika melihat negara melemah saat membela kepentingan dan kebanggaan kita sebagai suatu negara," ujar More dalam keterangannya kepada Okezone, Jumat (6/12/2013).
Atas realitas tersebut, Komunitas Gita Indonesia bersama Indonesia Cyber Defence Institute (ICDI) Yogyakarta menanggapi hal serupa, bahwa tindakan para peretas muda itu di satu sisi menunjukkan terusiknya nasionalisme anak bangsa. Namun di sisi lain, serangan siber itu memicu terjadinya serangan balasan dari pihak Australia terhadap sejumlah situs Indonesia.
Kondisi ini yang akhirnya meletupkan perang siber kecil antara kedua negara yang menunjukkan infrastruktur IT Indonesia belum siap untuk mengantisipasi potensi kondisi tersebut. (*/okz)
Posting Komentar