Mereka ditindas, diinjak-injak, dibantai dan sebagainya.
Bangsa-bangsa dari seluruh dunia walaupun berbeda agama, mereka bersatu
untuk melawan dan melumpuhkan kekuatan umat Ummat Nabi Muhammad.
Oleh Angga Pragina (*
Dua ratus juta muslim yang ada di wilayah teritorial Indonesia, sudah
jauh lebih dari cukup untuk mengatakan bahwa Islam memiliki cadangan
kekuatan yang sangat besar. Dilihat dari kuantitas, muslim Indonesia
hampir dua puluh kali lipat dari muslim Filipina, delapan kali lebih
banyak daripada Arab Saudi, dan hampir tiga kali lebih banyak daripada
Mesir.
Ironisnya, kekuatan besar itu tidak serta merta membawa kita umat Islam
Indonesia hidup dalam cita-cita kehidupan Rasulullah. Hampir lima belas
abad lalu, beliau dicaci oleh bangsanya sendiri, diasingkan oleh
keluarganya sendiri, bahkan diburu untuk dibunuh oleh kaumnya sendiri.
“Akan datang suatu zaman di mana tidak tersisa dari Islam, kecuali tinggal namanya saja, tidak tersisa dari Alquran kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka megah dan semarak, tetapi jauh dari petunjuk Allah, ulama- ulama mereka menjadi manusia- manusia paling jahat yang hidup di bawah kolong langit, dari mulut mereka ke luar fitnah dan akan kembali kepada mereka.” (HR Baihaqi)
Beliau lakukan itu semua agar kita, umatnya bisa membedakan antara yang
benar dan yang salah, yang haq dan yang bathil, yang halal dan yang
haram. Dan ketika berita itu telah sampai kepada kita secara sempurna
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, kebanyakan dari kita, umat Islam Indonesia
malah mengabaikannya dengan mengambil hukum manusia dan meridloinya
melebihi keridloan kita terhadap hukum Allah yang dibawa Rasulnya.
Kita bisa berdebat siang dan malam tentang bagaimana bentuk negara Islam
yang sesungguhnya, kitapun bisa berkilah bahwa sebagian hukum Indonesia
diambil dari hukum Islam. Tapi apakah kita mau mengingkari bahwa
demokrasi saat ini adalah sistem barat?
Apakah kita mau mengelak bahwa hukum positif saat ini adalah hukum yang
diambil dari hukum kolonial Belanda? Apakah kita juga mau mengingkari
bahwa pajak barang-barang haram seperti khamr dan riba telah masuk ke
APBN kita dan dijadikan sumber utama untuk menghidupi negara?
Bisa dipahami apabila negara seperti Amerika sangat yakin dengan sistem
demokrasi dan semua turunannya sebagai satu-satunya jalan menuju
kemakmuran, karena umat Islam disana hanya lima juta jiwa. Akan sangat
mudah dimengerti apabila negara seperti Jerman tidak menjadikan Islam
sebagai sistem bernegara karena muslim disana hanya tiga juta jiwa.
Tapi Indonesia, dengan dua ratus juta muslim yang menguasai hampir
setiap jengkal tanah nusantara meninggalkan Islam sebagai sistem yang
menjamin kelancaran seluruh aspek kehidupan dan menjamin kebahagiaan
dunia akhirat… Sungguh, kata-kata tidak bisa menggambarkan keadaan ini.
Hanya sebuah hadits yang pernah diucapkan oleh Rasulullah lima belas abad yang lalu:
Sabda Rasulullah:
“Suatu masa nanti, bangsa-bangsa akan memperebutkan kalian seperti orang-orang yang sedang makan yang memperebutkan makanan di atas nampan”.
Kemudian ada sahabat yang bertanya: “Apakah saat itu kita (kaum Muslimin) berjumlah sedikit?”.
Rasulullah Saw menjawab: “Sebaliknya, jumlah kalian saat itu banyak, namun kalian hanyalah bak buih di atas air bah. Dan Allah SWT akan mencabut rasa takut dari dalam diri musuh-musuh kalian terhadap kalian, sementara Dia meletakkan penyakit wahn dalam hati kalian.”
Ada sahabat yang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah Saw, apakah Wahn itu?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.”
Posting Komentar