Perkembangan yang begitu cepat dan dramatis di kawasan Timur Tengah memunculkan pertanyaan tentang masa depan Gaza. Ditengah pancaroba dunia maupun regional dan setelah kudeta Mesir sejak 30 Juni lalu terhadap presiden terpilih mereka, Dr. Muhammad Mursi, Gaza kembali dihadapkan pada musibah terbaru.
Musibah ini diawali dengan isu fitnah yang dihembuskan media Mesir pendukung Kudeta yang membuat pemerintahnya mengetatkan perbatasan Rafah bahkan hingga menutupnya. Kemudian operasi militer yang menghancurkan sebagian besar terowongan di perbatasan.
Maka mulailan Gaza menjadi wilayah terasing bagi Mesir sendiri. Sejak Palestina dijajah Israel dan pada dua perang terakhir, 2008 dan 2012, maka Gaza harus menanggung akibat dari penokan mereka terhadap penjajah serta pilihanya untuk tetap melanjutkan perlawanan. Mereka juga menolak meyerah pada realitas yang ada.
Yusuf Abu Watfah seorang wartawan sekaligus aktivis politik asal Gaza mengaitkan sejumlah krisis yang menimpa Gaza terkait dengan sejumlah peristiwa di dunia. Ia mengatakan, 'Seandainya ada kuda yang hilang di Irak atau terhentinya sambungan telepon ataupun listrik di Washington, atau terjadi kebakaran hebat di padang Savana, maka Gaza-lah yang bertanggung jawab.'
Dialah yang harus membayar akibat semua ini. Apa yang menimpa Gaza tujuanya adalah dalam rangka melindungi keamanan Israel.
Sementara itu, Jihad Rajab seorang wartawan juga yang tinggal di Gaza mengatakan, Gaza saat ini menjadi ikon kemenangan dan perjuangan dalam semua konspirasi yang terjadi di dunia saat ini. Semua kegagalan dan kemunduran dalam rangka memelihara keamanan Israel penyebabnya adalah Gaza.
Tampilnya Gaza dalam menentang blokade sejak terpilihnya Hamas sebagai pemimpin Palestina pada pemilu 2006 lalu menunjukan suatu kemenangan. Israel hendak menundukan Gaza dengan menggelar dua kali perang biadab.
Oleh karena itu, konspirasi terbaru terhadap Gaza tujuanya adalah memperketat blokade dari semua arah, agar rakyat Gaza berontak pada Hamas dan menggulingkan pemerintahan Hamas. Akan tetapi mereka gagal.
Kondisi Mesir pada Gaza
Ismael Tsawabitah, direktur koresponden opini Palestina di Gaza mengatakan, tak ragu lagi efek sejumlah peristiwa di Mesir sangat berpengaruh pada kondisi Gaza. Dan ini belum penah terjadi sebelumnya. Seperti tindakan media Mesir yang melakukan demonisasi terhadap Gaza. Aksi ini sangat memalukan dan tidak dapat diterima."
Dia menambahkan, seorang pengamat dapat melihat sejauhmana hasutan dan proses penipuan serta penyesatan opini publik yang dilakukan media Mesir terhadap Gaza. Akan tetapi bisa dipastikan rencana pihak luar bertujuan menghabisi Gaza dan para pejuangnya yang senantiasa tabah dan tetap bertahan.
Selain itu, ada sinyal bahwa negara-negara Arab dan badan-badan intelijen serta pihak-pihak yang bekepentingan berupaya untuk terlibat di Gaza di tengah-tengah konflik Mesir dengan keyakinan bahwa Gaza tidak akan pernah ikut campur dalam urusan Mesir sama sekali.
Bahwa tema blokade Gaza dan penutupan perlintasan Rafah hingga pekan kedua secara berturut-turut adalah ketidakadilan dan dosa. Harus ada usaha untuk menghentikan penganiayaan terhadap Gaza serta diakhirinya provokasi berikut konspirainya terhadap mereka.
Posting Komentar