Abu Mansur Al-Amriki, Salah satu petinggi Al-Shabaab asal Amerika Serikat |
Serangan militer Etiopia ke Somalia pada pertengahan 2006 silam ibarat
Bumerang. Alih-alih menumpas kelompok Persatuan Pengadilan Islam (ICU),
serangan tersebut justru memunculkan berbagai gerakan 'radikal'. Salah
satunya, Harakat Al-Shabaab Al-Mujahidin atau Gerakan Pemuda Mujahidin.
Pada akhir 2008, kelompok yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Shabaab
atau ‘Pemuda’ itu berkekuatan 7.000 orang. Hanya dalam kurun dua tahun,
kelompok yang berseragam kafiyeh merah cerah dan baju hijau itu
menguasai wilayah tengah dan selatan Somalia.
Bahkan, wilayah ibu kota Mogadishu berada dalam genggaman Al-Shabaab.
Dominasi kelompok yang mengandalkan pemuda-pemuda tersebut melemah pada
2011, tatkala Misi Uni Afrika untuk Somalia (AMISOM) melancarkan
intervensi militer.
AMISOM, dengan kekuatan serdadu-serdadu Uganda, Burundi, Djibouti,
Sierra Leone, dan Kenya, mampu mengusir Al-Shabaab dari Mogadishu dan
perlahan menggerus pertahanan mereka di sejumlah daerah.
Akan tetapi, menurut pakar terorisme Peter Bergen, Al-Shabaab belum
tumpas. Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda itu terbukti sanggup
melancarkan serangan terhadap warga Kampala, Uganda, pada Juli 2010.
Lebih dari 70 orang tewas dalam insiden itu.
Bergen menilai motif serangan ialah dendam lantaran Uganda turut berpartisipasi dalam AMISOM.
Adapun serangan di pusat perbelanjaan Westgate, Nairobi, Kenya, kata
Bergen, bukanlah kejutan. “Bagi Al- Shabaab, mal itu target yang sangat
menarik lantaran banyak warga asing, termasuk orang Amerika, kerap
berkunjung. Mal itu berada di ibu kota Kenya, negara yang berperan besar
dalam serangan ke Somalia.”
Yang lebih penting, lanjutnya, serangan ke mal di Nairobi merupakan upaya Al-Shabaab untuk menunjukkan eksistensi kepada dunia.
Bergen menegaskan bahwa kekuatan Al-Shabaab tidak bisa dianggap remeh
meng ingat sebagian besar anggotanya melek teknologi yang kerap update
di Twitter dan Facebook.
“Bahkan, kelompok itu baru merekrut sekitar 40 pemuda Amerika dan
Eropa.” Para anggota baru itu sempat ditampilkan dalam rekam an video di
dunia maya. Salah satunya bernama Abu Mansoor al-Amriki alias Omar
Hammami dari Alabama, AS.
Hammami, menurut Bergen, dibesarkan dalam keluarga Kristen. Namun, saat
mengenyam pendidikan sekolah me nengah atas, dia menjadi mualaf. (*/CNN/The Guardian)
Posting Komentar