Sampai Kapan Nasib Negara Kita Dikendalikan Para Musuh Allah, Rasul-Nya dan Kaum Mukmin


cvcv-cyber - Dalam beberapa hari terakhir, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu di Stockholm. Kerry juga bertemu dengan Putin, Presiden Rusia, serta Netanyahu, Perdana Menteri entitas Yahudi untuk membahas apa yang terjadi di Timur Tengah, khususnya membahas apa yang terjadi pada revolusi Suriah.
Kemudian John Kerry mengumumkan akan diselenggarakannya konferensi antara rezim penghisap darah, Bashar al-Assad dengan apa yang disebut oposisi Suriah di Jenewa pada bulan Juni mendatang. Dan pada saat yang sama, Presiden Prancis Francois Hollande menjelaskan bahwa “Tidak boleh menghalangi dari bagian Mali yang manapun dari kemungkinan penyelenggaraan pemilu.”
*** *** ***
Terlihat dengan telanjang, bagaimana kaum kafir Barat dan anak tirinya, entitas Yahudi (Israel), serta mereka yang serakah menjarah di negeri-negeri kami, seperti Rusia, bahwa mereka begitu ketakutan dengan kebangkitan Islam. Sehingga mereka bersikeras untuk mengintervensi urusan umat Islam guna menentukan nasibnya. Rancangan strategis ini merupakan pola pikir dan pola sikap para politisi mereka. Sebab dalam hal ini, mereka memahami bahwa apabila kaum Muslim memiliki keputusan untuk menentukan nasib mereka sendiri, maka mereka akan mampu untuk menghapus pengaruh setiap kaum kafir penjajah dari negeri-negeri mereka, dan memotong tangan dan kaki mereka darinya. Sehingga ketika mereka memiliki keputusan untuk menentukan nasib mereka sendiri, maka ini dapat diterjemahkan dengan penerapan Islam dan undang-undang secara praktis dalam negara Islam, yang tidak pernah takut karena Allah terhadap celaan para pencela. Di mana dengan negara Islam, maka Islam akan diemban sebagai dakwah dan sistem untuk hidup mulia dan terhormat, yang akan menerangi jalan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, kaum Muslim kembali menjadi mulia, dan peradabannya kembali memimpin dunia.
Di antara rancangan strategis kaum kafir yang memperbudak manusia ini adalah untuk kepentingan ekonomi mereka sendiri. Kami melihat, mendengar dan hidup dengan sesuatu yang mencoreng muka setiap Muslim yang beriman bahwa kemuliaan itu milik Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Kami melihat mereka bersekongkol melawan negeri-negeri kami di siang bolong dengan penuh kekejian dan kesombongan. Mereka memutuskan siapa yang akan tetap berkuasa untuk mendominasi negeri-negeri kaum Muslim dan rakyatnya, untuk menjaga kepentingan mereka dan kepentingan Yahudi, serta menentukan siapa yang harus dikorbankan untuk digantikan oleh antek lain yang belum digunakan sebelumnya.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry bertemu dengan rekannya, Menteri Luar Negeri Rusia di Stockholm, serta bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, juga bertemu dengan Perdana Menteri entitas Yahudi, Netanyahu di Palestina. Lalu, apa yang mereka bahas dan apa yang mereka putuskan?! Mereka membahas krisis revolusi Suriah, yang jumlah korbannya di tangan sang penghisap darah hampir seratus ribu darah suci yang ditumpahkan. Rezim antek Bashar tidak menggunakan meski hanya sepersepuluh saja dari kekuatannya untuk memerangi Yahudi, lalu mana mungkin ia memutuskan untuk memeranginya. Atau lebih tepatnya, Amerika memutuskan untuk menggelar konferensi antara sistem penghisap darah yang dibuatnya ini, yang tengah digoyang oleh berbagai serangan revolusi rakyat Suriah yang mukhlis, dengan apa yang disebut oposisi Suriah yang tidak memiliki realitas di lapangan, yang dibuat oleh Amerika dan kaum kafir Barat sebagai alternatif bagi rezim yang hampir roboh untuk menjaga negara republik sekuler di Suriah dengan bentuk apapun, menjaga keamanan entitas Yahudi, menjaga semua konvensi internasional, serta menjaga “legitimasi internasional mereka” yang terus-menerus berkonspirasi untuk melawan Islam dan kaum Muslim!
Konferensi ini, dimana dengannya Amerika berusaha membuat kesepakatan dengan Rusia untuk memperpanjang umur rezim Bashar al-Assad untuk memberi kesempatan pada oposisi yang tidak diakui oleh masyarakat di Suriah agar mempersiapkan diri, dengan harapan bahwa darinya akan ditemukan antek alternatif yang sesuai.
Dengan konferensi ini, Amerika memberi sesuatu yang bukan miliknya kepada orang yang tidak pantas, dan mempromosikannya secara resmi dan praktis kepada oposisi yang tidak mewakili kecuali dirinya sendiri untuk berbicara atas nama rakyat Suriah, dengan harapan kaum Muslim akan menerimanya setelah jatuhnya sang penghisap darah, dimana jatuhnya merupakan keniscayaan, dan setelah menempatkan mereka dalam situasi yang mengerikan ini agar tunduk.
Ironisnya adalah bahwa semua orang, termasuk rezim Bashar al-Assad dan oposisi terkejut dengan pengumuman ini. Lalu tidak lama kemudian mereka pun menerimanya. Dan Presiden Rusia Putin mulai menenangkan dan meyakinkan entitas Yahudi, khususnya yang berkaitan dengan transaksi rudal Rusia (S-300) yang telah disepakati oleh Rusia dengan rezim Bashar al-Assad. Dmitry Peskov juru bicara Kremlin mengatakan: “Pihak Rusia telah menunjukkan bukti-buktinya yang telah diketahui tentang masalah ini dan telah didengar oleh pihak Israel.” Ia menambahkan bahwa “Putin terikat dengan Netanyahu melalui hubungan yang ditandai oleh sikap saling percaya. Sementara dialog terakhir sangat konsen pada topik-topik yang paling sensitif, seperti keamanan dan pertukaran informasi, dimana kami percaya bahwa ia ditujukan untuk masalah keamanan di Sinai, serta posisi Hamas, Ikhwanul Muslimin dan elemen jihad di sana.”
Dan menyakitkan dalam konspirasi ini adalah, bahwa konferensi internasional yang atas undangan dari Amerika, dan di bawah pengawasannya secara riil, serta di bawah pengawasan Rusia secara formalitas, benar-benar telah disepakati dalam koordinasi dengan Damaskus, Teheran, Beijing, Riyadh, Doha dan Kairo, seperti yang dilaporkan oleh sumber-sumber diplomatik yang dikutip oleh “Novosti” (edisi Kamis, 16 Mei 2013).
Di sisi lain, kita menemukan Presiden Prancis mengintervensi secara terbuka dan penuh kekejian di Mali, seolah-olah Mali merupakan teras luar Prancis, dimana ia memaksakan dengan kekuatan sistem demokrasi pada penduduknya, kaum Muslim, sebagai alasan untuk melindungi pengaruh Prancis dan para anteknya di Mali, negeri kaum Muslim! Dan begitulah hal-hal seperti ini terus berulang di semua negeri kaum Muslim, dimana yang memutuskan nasibnya adalah kaum kafir dan para anteknya. Mereka mempromosikan paham kufur sekulerisme dan demokrasi. Dan mereka menyebutnya negara sipil sebagai tipuan dan penyesatan!
Apakah belum tiba saatnya bagi kami sebagai kaum Muslim dan sebagai umat Islam yang satu, untuk melihat realitas yang benar-benar cerah ini?! Apakah belum tiba saatnya bagi kami untuk mencabut kekuasaan kami dari genggaman musuh-musuh kami, dan kemudian mendirikan negara Khilafah ala minhajin nubuwah?! Dimana dengannya, kami mengangkat Islam kami, sehingga kami menjadi mulia dan bahagia di dunia dan di akhirat, serta kami melupakan mereka, orang-orang kafir dan bisikan setan di negeri-negeri kami! Maha Benar Allah yang berfirman: “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik. Ketahuilah bahwa Allah yang Menghidupkan bumi setelah matinya (kering). Sungguh, telah Kami jelaskan kepadamu tanda-tanda (kebesaran Kami) agar kamu mengerti.” (TQS. Al-Hadid [57] : 16-17). [Ir. Ala’uddin az-Zanati].
Sumber: hizb-ut.tahrir.info, 20/5/2013. [htipress/syabab.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

LANGUAGE