Kehidupan masyarakat miskin di Indonesia dinilai sangat miris.
Sebenarnya, bagaimana sih kehidupan masyarakat miskin di Indonesia?
Kepala Usaha Kecil Mikro (UKM) Center Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (FEUI) Hilda Fachriza, SE, MM menjelaskan, jika melakukan
perhitungan sederhana, orang miskin Indonesia secara rata hidup dengan
Rp7.700 per orang per hari.
"Itu sudah mencakup segala kebutuhan makanan dan nonmakanan seperti
transportasi, pakaian, kesehatan, dan pendidikan. Jadi lupakan susu
untuk anak, lupakan pula vitamin, makanan bergizi, buku bacaan, atau tak
jarang pula, kita harus melupakan cita-cita si anak yang sesungguhnya
ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun harus
pupus karena orangtua mereka tidak memiliki tabungan yang cukup,"
ucapnya, di Jakarta, Rabu (1/5/2013).
Dia
melanjutkan, menurut beberapa hasil survei, akun pengeluaran untuk dua
jenis komoditas rokok dan jajan anak yang cukup besar.
Jika rumah tangga miskin dapat lebih bersabar dalam mengontrol
pengeluarannya, mereka dinilai bisa memiliki kapasitas untuk menabung.
"Jadi ya masyarakat miskin tidak menabung, namun ya pula, ya bahwa
mereka memiliki kapasitas untuk menabung. Namun tidak dilakukan, karena
memang kesadaran pengelolaan keuangan masih sangat rendah, akses layanan
keuangan mencakup simpanan dan pinjaman pun masih sangat terbatas dan
belum lagi pendidikan keuangan untuk mereka lebih jarang lagi," ucap
dosen Fakultas Ekonomi UI itu.
Hilda menambahkan, kondisi ini membuat masalah kemiskinan menjadi tidak
hanya merupakan masalah ekonomi, banyak dimensi lain yang turut
mengalami masalah karena terjadinya masalah ekonomi atau rendahnya
pendapatan tersebut.
"Dimensi lain tersebut mencakup dimensi sosial dan lingkungan. Dimensi
sosial mencakup pendidikan, kesehatan, dan kohesi sosial (solidaritas)
yang berkaitan dengan risiko terjadinya konflik sosial," tuturnya.
Sementara pada dimensi lingkungan khususnya berkaitan dengan sanitasi,
di mana mayoritas masyarakat miskin hidup di wilayah yang kumuh, rawan
penyakit, dan mengganggu estetika lansekap wilayah.
"Hal ini kemudian membuat masalah kemiskinan merupakan suatu masalah
yang penting, di mana menyelesaikan masalah kemiskinan akan memberikan
eksternalitas positif untuk penyelesaian masalah sosial dan lingkungan
tersebut," imbuhnya.
Hilda menyimpulkan bahwa dia memandang kemiskinan sebagai masalah
bangsa, dirinya pun mengajak agar orang lain juga berpandangan demikian.
| economy/okz
Posting Komentar