tribunnews |
JAKARTA - Pengibaran bendera Bulan-Bintang di Aceh adalah suatu bentuk peringatan dari rakyat Aceh untuk para elite di pemerintahan pusat. Mereka meminta agar para penguasa segera menata kembali pemerintahan yang sudah semrawut.
Demikian dikatakan Ketua Dewan Pakar dan Penasihat Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) Mayjen (Purn) TNI Saurip Kadi, di Kantor PEKAT, Jakarta, Sabtu (6/4/2013).
"Aceh sudah sampai seperti negara merdeka. Bedanya, Aceh lebih murah pengeluarannya. Secara politis, Aceh sudah merdeka," ujar Saurip.
Saurip yakin, Aceh sebagai salah satu daerah yang membantu kemerdekaan RI tidak mungkin ingin memisahkan diri.
"Bukan Indonesia kalau tanpa Aceh. Saya tidak yakin anak keturunan tokoh Aceh yang turut memerdekakan RI ingin memisahkan diri," terang Saurip.
Saurip merasa Indonesia sudah amburadul. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Aceh, tetapi seluruh daerah.
"Ini peringatan bagi pimpinan negara untuk menata sistem negara. Jangan sampai muncul Aceh yang lain," jelasnya.
Menurut Saurip, pengibaran bendera Aceh tidak lepas dari pengaruh asing. Ia menilai, ada intelijen asing di sana yang ingin menguasai Aceh.
Saurip mengimbau agar rakyat Aceh tidak terpancing pada cara asing yang lebih memilih Aceh merdeka total dari Indonesia. Karena, lanjutnya, untuk mengusai sumber daya alam yang ada di sana lebih murah, ini untuk kepentingan rakyat sendiri, tandasnya.
Posting Komentar