img: atjehpost |
SEPEKAN ini hanya ada satu tema menonjol untuk Aceh, yaitu tentang selembar kain berwarna merah. Di tengah-tengahnya ada gambar bulan dan bintang, di tepi atas dan bawah dibuatkan garis hitam putih. Begitulah wujud bendera yang sudah masuk dalam Qanun Bendera dan Lambang Aceh.
Itulah sebabnya kami lebih suka menyebutnya “Bendera Aceh” ketimbang “Bendera Gerakan Aceh Merdeka” sebagaimana banyak disebut-sebut media lokal dan juga media di luar Aceh.
Media asing juga menuliskannya “Separatism Flag”. Kami menyebutnya bendera Aceh sebab GAM memang sudah tidak ada lagi setelah perdamaian terjalin dengan Pemerintah Pusat.
Selain itu, sampai sekarang tak ada satu lembaga pun yang mengaku sebagai GAM yang mengklaim bahwa bendera itu adalah miliknya. Hanya ada Pemerintah Aceh dan DPR Aceh yang menyebut itu bendera Aceh, dan telah pula masuk dalam Qanun dan tercatat dalam Lembaran Aceh.
Bahkan bendera itu pula yang kemudian diusung dan dibawa berkonvoi oleh masyarakat.
Menariknya, bendera Aceh ini kini telah menjadi souvenir barang dagangan dan laris pula. Jika bendera ini yang nantinya disetujui Pemerintah Pusat, tentu Aceh akan marak dengan souvenir Aceh berupa bendera dan lambang.
img:atjehpost |
Sebuah simbol yang semula dianggap angker kemudian menjadi merek dagang. Jelas ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Aceh. Mereka setidaknya bisa membawa oleh-oleh Aceh berupa bendera dan lambang buraq dan singa. Bisa berupa bendera, t-shirt, sampai ke stiker.
Bahkan jika lebih kreatif akan muncul dalam berbagai bentuk mulai dari gelas, piring, sampai ke rajutan-rajutan khas Aceh dengan identitasnya itu. Jadi akan menambah khasanah ciri khas Aceh yang memang sebuah daerah yang diberlakukan secara khusus oleh Pemerintah Indonesia.
Souvenir seperti itu menarik untuk dijadikan kenang-kenangan. Ada makna yang terkandung di dalamnya. Sejuta cerita yang bisa disampaikan lewat souvenir itu. Cerita pahit yang akhirnya berbuah manisnya perdamaian.
Bahkan cerita pro dan kontra dalam proses lahirnya bendera Aceh dan simbol Aceh itu sendiri menjadi daya tarik sendiri. Dan dapat dijadikan media promosi yang baik.
Cerita-cerita seperti itulah yang kemudian akan dibawakan si wisatawan ketika dia pulang ke daerahnya maupun ke negaranya.
Alangkah baiknya jika semua diawali dengan pandangan positif, daripada belum apa-apa sudah didahului dengan kecurigaan. Apalagi diiringi dengan caci maki yang tak perlu. []
Saleum AtjehPost | Redaksi
Posting Komentar