Direktur Eksekutif Wahid
Institute, Yenny Wahid, tidak lebih dari seorang penipu dan penyebar
fitnah penentang penerapan syariat Islam.
Penegasan itu disampaikan Direktur Lembaga Kajian Politik & Syariat Islam (LKPSI) Ust. Fauzan Al Anshari dilansir ITODAY (09/01),
menanggapi sikap putri mendiang Gusdur itu soal kebijakan Walikota
Lhokseumawe yang melarang perempuan berboncengan 'ngangkang.'
"Yenny Wahid itu penipu dan
penyebar fitnah kebencian terhadap upaya penerapan syariat, walaupun
melalui proses demokrasi sekalipun," tukas Fauzan.
"Bagaimana jika penerapan syariat itu dengan dakwah dan jihad? Dia penipu dengan asbun (asal-bunyi) soal
data yang salah, karena Saudi dibandingkan AS dan Eropa yang bebas
aurat, jauh lebih kecil dalam hal kasus perkosaan. Dia mungkin berpikir
korbannya adalah para TKW," tegas Fauzan.
Direktur LKPSI, Fauzan Al-Anshari |
Menurut Fauzan, Yenny
Wahid menjadi penerus sikap dan pemikiran Gus Dur, sehingga setiap
pemikiran Yenny selalu pro kaum sekuler.
"Yenny adalah pelanjut ortunya
yang anti-syariat, anti-poligami, anti-jilbab, dan anti-larangan
perempuan dibonceng ngangkang. Semua syariat untuk menjaga kehormatan
wanita muslimah, ditentang Yenny Wahid, demi meraih simpati kaum
sekuler," pungkas Fauzan.
Diberitakan sebelumnya, Yenny
Wahid dengan tegas menyebut data masyarakat yang memakai hijab seperti
Arab Saudi tingkat pemerkosaannya lebih besar dibanding negara-negara
Eropa yang 'buka-bukaan'.
Yenny Wahid menilai anjuran Wali
Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya yang melarang kaum hawa mengangkang di
atas sepeda motor saat membonceng tidak tepat secara historis dan
sosiologis.
Menurut Yenny, anjuran Suadi itu
tidak memberikan peran bagi kaum hawa untuk berpartisipasi dalam ruang
publik. Padahal, menurut Yenny, kondisi sosiologis masyarakat Aceh
sangat mengagungkan peran perempuan yang sejajar dengan lelaki.
Posting Komentar