Soal Mengangkang, Ini Kutipan Suaidi Yahya di Program Mata Najwa



BANDA ACEH – Wali Kota Lhokseumawe, Suadi Yahya mendapat undangan khusus dari Metro TV sebagai pembicara di Mata Najwa, Rabu malam, 16 Januari 2013 pukul 21.20 WIB. Sejumlah statemen Wali Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya, dalam acara itu juga dimuat secara khusus di twitter Mata Najwa.

Setidaknya ada 15 kutipan perkataan Suaidi Yahya yang dimuat di twitter Mata Najwa. Berikut kutipan Suaidi Yahya yang dihimpun ATJEHPOSTcom dari twitter Mata Najwa:

Dalam talk show tersebut, Suaidi Yahya mengatakan sangat penting bagi masyarakat Aceh untuk duduk menyamping.

“Penting bagi kehidupan masyarakat di Aceh khususnya Kota Lhokseumawe, berarti pentinglah kita duduk menyamping,” ujar Suadi.

Dilarang duduk mengangkang, menurut Suaidi untuk menghindari fitnah.

"Apabila mengundang fitnah dari orang lain yang melihat, berarti perbuatan itu dilarang dalam Islam," ujar Suadi.

Wali Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya mengatakan, budaya Aceh harus seimbang dengan syariat Islam.

"Budaya Aceh, adat Aceh, budaya dan adat harus seimbang dengan syariat Islam, budaya Aceh masih tetap mengikuti syariat Islam," kata Suaidi.

"Islam menyatakan berbuatlah sesuatu yang emang dianjurkan dalam islam, yaitu meninggalkan perbuatan2 yg memang dilanggar dalam islam," ujar Suadi.

"Kl laki-laki emang sudah kodratnya untuk mengangkang, laki2 emang ksr, tp perempuan, kesopanannya harus dijaga," ujar Suadi.

"Islam tdk menyatakan tdk blh duduk mengangkang, tetapi yg dikatakan dalam budaya dan dalam islam adalah kesopanan, sopan santun," ujar Suadi.

"Bukan dalam arti duduk nyamping itu ga selamat," ujar Suaidi.

"Kita juga mementingkan keselamtan dalam arti luas, keselamatan keimanan, budaya, syariat, keselamatan fisik pun harus penting," kata Suaidi.

"Di Aceh dulu lebih banyak orang duduk nyamping," ujar Suaidi.

"Kalau memang lagi bawa orang sakit, bawa anak, perjalanan jauh," ujar Suaidi.

"Kalau sanksinya ga seperti pencuri, ga ditahan berapa tahun, kemungkinan berupa sanksi sosial," kata Suaidi.

"Saya selaku pemimpin dan kepala daerah bertanggung jawab dengan Allah dan dengan rakyat," kata Suaidi.

"Saya wajib menyampaikan, menganjurkan, menginformasikan kepada rakyat, ini untuk kebaikan," kata Suaidi.

"Aturan Allah disesuaikan dengan budaya dan adat yg ada di Aceh," ujar Suaidi.

"Urusan sy adlh mengeluarkan himbauan slaku pimpinan, sm dgn aturan dilarang mencuri, dilarang korupsi, aturan dunia & akherat," ujar Suaidi.

NUKILAN ATJEHPOST

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

LANGUAGE