Hingga kekalahan Imperium Utsmani setelah Perang Dunia I, Trans Yordania, yang sekarang dikenal sebagai Kerajaan Yordania, telah menjadi bagian dari unit pemerintahan Suriah. Pada bulan Maret 1921, Sekretaris Kolonial Inggris, Winston Churchill, menyelenggarakan Konferensi Kairo yang mendukung suatu penyusunan dimana TransYordania akan ditambahkan ke dalam mandat Palestina, dimana Abdullah bin al-I Hussein sebagai Emir di bawah wewenang Komisaris Tinggi Inggris. [ 1] Pada tahun 1922, Inggris merubah mandat atas Palestina untuk memasukkan sebuah mandat atas wilayah timur Sungai Yordan [2] Hingga hari ini., batas-batas relatif TransYordania ke dalam wilayah Palestina sengaja dibiarkan tidak terdefinisi. Pada tahun 1994, Perjanjian Wadi Araba hanya mendefinisikan perbatasan dengan Israel dan meninggalkan batas-batas yang terdefinisi dengan Otoritas Palestina (Tepi Barat dari wilayah Yordania).
Selain itu, sisa-sisa pemerintahan Yordania masih berada di bawah wewenang komisaris Inggris. Ketika Raja Hussein memutuskan mengubah pewaris tahta dari saudaranya kepada anaknya, dia mengumumkannya dari London. Kontrol Inggris atas tahta Yordania dan kebijakan-kebijakan dikenal di kalangan politik Yordania dan di tempat-tempat lain. [3] Diplomasi Inggris dan intelijennya telah berjasa dalam menstabilkan Yordania karena berada di bawah mandat Inggris. Di antara strategi Inggris yang paling efektif terhadap Yordania adalah peran yang diberikan kepada Yordania sebagai zona penyangga bagi konflik regional, dimana dalam peran ini Yordania menerima jutaan pengungsi yang melarikan diri dari zona konflik. Yordania telah memainkan peran ini atas konflik Palestina sejak tahun 1948. Negeri ini memainkan peran itu saat perang saudara yang menghancurkan Lebanon pada tahun 1980 dan sejak tahun 1991 menjadi zona penyangga atas konflik Irak. Dengan mengalokasikan peran ini kepada Yordania, Inggris berhasil menjaga kekuatan para pesaingnya, baik lokal maupun internasional, dari membuat kekacauan atas Yordania karena zona penyangga itu melayani kepentingan semua pihak.
Sebagai sebuah negara dengan sumber daya yang sangat terbatas, maupun sumber daya yang belum dieksplorasi dengan baik, perekonomian Yordania telah didorong oleh negara-negara Teluk, yang sama-sama memiliki Inggris sebagai tuannya sebagaimana Yordania. Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika di Timur Tengah maupun di dunia pada umumnya telah melalui transformasi yang mendalam, yang amat berkaitan untuk mempengaruhi stabilitas paradoks di Yordania. Krisis keuangan dan kejatuhan ekonomi global telah membuat kering sumber-sumber utama dukungan keuangan bagi Yordania. Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, kini ditekan untuk mendanai ekonomi Barat yang sakit, yang lebih diutamakan daripada bantuan kepada Yordania [4]. Akibatnya, Yordania menemukan dirinya ditekan untuk mendapat pinjaman, yang tidak dapat dibayarkannya kembali. Saat ini Yordania menderita konsekuensi berat dengan menanggung lebih dari 23 miliar dolar pinjaman internasional [5]. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) baru-baru ini menekan Yordania untuk mengurangi subsidi pada produk-produk energi penting agar Yordania bisa membayar bunga hutangnya kepada IMF dan WB biaya pinjaman layanan. Langkah ini menyebabkan ketidakstabilan ketika muncul protes dan pemberontakan di seluruh negara [6].
Secara politis, gelombang pemberontakan dan revolusi di dunia Arab, terutama yang sedang berlangsung di Suriah, telah menciptakan suasana untuk memberontak dan tuntutan bagi perubahan di Yordania. Meskipun sering terlihat enggan dan ragu-ragu, tuntutan untuk menghapus keberadaan Raja telah terdengar di jalan-jalan Yordania [6] Resep efektif lama dengan memanfaatkan persaingan antar suku telah kehilangan momentum di Yordania. Suku-suku di Yordania melakukan protes setiap hari di Yordania. Resep lama yang diberikan Inggris adalah memainkan Yordania melawan pengaruh Palestina dengan berharap dapat menjaga tahta Hashemit sebagai keseimbangan utama dan harapan bagi penduduk pribumi “Yordania”. Sekarang, perasaan antagonis yang sama diarahkan kepada takhta kerajaan. Para pemimpin suku itu mengutuk takhta kerajaan karena terlalu bersikap lunak terhadap isu-isu untuk tetap menjadikan negara Yordania bagi orang Yordania. Sebagaimana pepatah Arab: “Keajaiban dari seorang pesulap ada pada dirinya sendiri”.
Klaim bahwa Yordania berada di barisan berikutnya dari negara yang akan terjadi pemberontakan besar-besaran tidak hanya merupakan prediksi di waktu dekat berdasarkan kekuatan ekonomi, politik, dan sosial, namun juga merupakan analisa atas kejadian sehari-hari saat ini dan analisa pola pikir perubahan dari rakyat Yordania. Selama 2 tahun terakhir, Raja Yordania dipaksa menggantikan tiga pemerintahan di bawah tekanan publik dan tuduhan korupsi. Pemerintahan saat ini, yang merupakan pemerintahan keempat dalam waktu kurang dari 2 tahun, juga menghadapi kemarahan publik yang sama. Rata-rata rakyat di jalan telah sampai pada suatu kesimpulan sederhana dan alami: “masalahnya bukan pada pemerintah atau perdana menteri, melainkan orang yang menunjuk pemerintahan, yakni raja”. Setelah menyadari kecenderungan ini, para penasihat Raja saat ini mengusulkan agar pemerintah dibentuk melalui Parlemen yang terpilih, sehingga mengurangi Raja dari meningkatnya tekanan publik.
Apakah langkah ini akan menyelamatkan Raja dan menjaga momentum revolusioner untuk mencapai titik yang tidak bisa kembali lagi? Itulah ingin iblis percaya! Gelombang perubahan adalah lebih kuat dari semua hambatan yang ada di tengah jalan. Revolusi di dunia Arab menghasilkan momentum keberanian, yang cukup kuat untuk memecahkan hambatan ketakutan di antara semua negara-negara Arab termasuk Yordania. Fenomena ini telah membuat aparat intelijen tidak mampu mengatasi protes dan ketidakpuasan yang tumbuh dari rakyat dan tidak terkecuali Yordania. Ini merupakan kekaguman alami atas keberanian dan kepahlawanan yang menjadikan revolusi ini tersebar. Protes yang terus terjadi di Yordania menghapus tabir terakhir yang meliputi wajah buruk atas semua orang yang bertanggung jawab atas korupsi dan kejahatan, termasuk wajah buruk dari para bangsawan. Karena perubahan hati, massa di Yordania telah melintasi tonggak utama untuk sebuah revolusi yang nyata dan jika mereka bangkit, Yordania … bisa menjadi yang berikutnya! (rz) hizbut tahri
Posting Komentar