Hanya setengah jam setelah bumi berguncang hebat akibat gempa 7,8 skala Richter, pada Selasa 24 September lalu, kejutan lain menanti warga kota pesisir Gwadar. Mereka melihat pulau baru muncul di laut, hanya 1 kilometer dari pantai.
Namun, jurnalis setempat, Bahram Baloch, tak menyadarinya. Hingga ia menerima kabar itu dari seorang temannya. "Pesan itu menyebut, ada bukit muncul di luar rumahku," kata dia, seperti dimuat BBC, 25 September 2013.
"Lalu, aku melangkah keluar dan terperangah. Aku melihat sesuatu yang abu-abu berbentuk kubah di kejauhan, seperti paus raksasa berenang di dekat permukaan. Ratusan orang berkumpul untuk menyaksikannya, dengan pandangan tak percaya."
Baloch dan sejumlah rekannya pun bersauh, dan akhirnya mendarat di pulau baru itu Rabu lalu, untuk mengecek apa gerangan terjadi, sekaligus mengambil sejumlah gambar di sana.
"Itu pulau berbentuk oval, dengan panjang 76-91 meter, dan tingginya 60-70 kaki (18-21 meter) di atas air," jelas dia.
Baloch menambahkan, permukaan pulau tersebut kasar, banyak mengandung lumpur. Di beberapa bagian terdiri dari pasir kasar dan halus. Bagian lainnya terdiri dari bebatuan yang padat (solid) --di sanalah Baloch dan sejumlah rekannya mendarat.
"Ada ikan-ikan mati di permukaan. Di satu sisi kami bisa mendengar suara berdesis gas yang keluar," ujar Baloch.
Meski tak bisa mencium bau gas metana (methane), Baloch dan rekan-rekannya mengaku bisa menyulut api di lokasi keluarnya gas. "Kami menyalakan api, tapi itu sangat merepotkan. Api itu tak bisa dipadamkan meski kami berkali-kali menyiramnya. Nyalanya baru padam setelah kami menyiram bereember-ember air."
Zalzala Koh
Kisah pulau yang muncul baru-baru ini di Gwadar mirip dengan apa yang terjadi sekitar 60 sampai 70 tahun lalu. Kala itu, para tetua menamai pulau yang muncul setelah lindu sebagai Zalzala Koh atau bukit gempa.
Sebagian penduduk setempat yakin, gempa Selasa lalu memunculkan kembali Zalzala Koh yang pernah hilang. Namun kisah itu tak sepenuhnya benar.
Bukit gempa muncul di tahun 1945 tidak berada di dekat Gwadar, melainkan 100 kilometer ke timur --meski berada di garis pantai yang sama: Makran.
Sebuah penelitian terbaru di jurnal Nature Geoscience juga menyebut gempa Pakistan 1945 juga melepaskan beberapa ton metana dari dasar laut.
Membentang sekitar 700 kilometer dari timur ke barat, pantai Makran memiliki karakteristik aktivitas seismik yang tinggi, memiliki sejumlah bukit yang disebut gunung lumpur (mud volcanoes) --yang punya kawah di atasnya, di mana gas metana merembes keluar.
Gunung lumpur selama ini bisa bertahan lama jika letaknya di daratan. Namun formasi serupa yang muncul di lepas pantai biasanya akan terkikis oleh gelombang laut atau tekanan di dasar laut --dalam waktu beberapa bulan.
Ahli geologi menyebut, pembentukan pulau tersebut adalah bagian dari kelanjutan proses pergeseran antar-benua, di mana sub-benua India, bertabrakan dengan lempeng Eurasia dan menciptakan garis patahan beberapa di antaranya melalui pantai Makran.
Rashid Tabrez, Dirjen Institut Nasional Oseanografi di Karachi mengatakan, energi yang dilepaskan oleh gerakan seismik dari garis patahan (fault-lines) mengatifkan gas yang mudah terbakar di dasar laut.
"Dasar laut dekat pantai Makran memiliki deposit besar gas hidrat atau gas beku yang punya kandungan metana tinggi," jelas dia. "Deposit ini terkompresi di bawah sedimen setebal 300-800 meter."
Saat lempeng di sepanjang garis patahan bergerak, ia akan menciptakan panas. Ledakan gas yang luas melalui retakan kerak bumi, akan mengangkat dasar laut ke permukaan.
Pulau yang muncul dekat Gwadar adalah yang keempat di wilayah tersebut sejak 1945, atau yang ketiga dalam kurun waktu 15 tahun. Sebelumnya muncul di tahun 1999 dan 2010, sekitar 1 kilometer dari pantai Ormara, di bawah delta Sungai Hingol.
Bukit lumpur yang paling terkenal di wilayah tersebut adalah Chandragup, yang terletak di pedalaman. Di darat, gunung ini berfungsi sebagai situs suci bagi peziarah Hindu, tempat meletakkan persembahan setiap April, sebelum mereka melanjutkan ke kuil gua terdekat di Hinglaj.
Dilansir situs sains Discovery News, Laut Arab bukan satu-satunya tempat di bumi yang melepaskan lumpur dan gas saat diguncang gempa.
Kota Niikappu, di Pulau Hokkaido, Jepang terjadi semburan mud vulcano yang di picu oleh guncangan gempa bumi. Demikian laporan yang dipublikasikan 1997 dalam Journal of the Geological Society of Japan.
Semburan lumpur yang paling terkenal di dunia adalah Lumpur Lappindo atau Lumpur Sidoarjo di Jawa Timur, Indonesia, yang mungkin bisa diakibatkan gempa atau kesalahan manusia --operasi pengeboran yang tak sesuai prosedur. Itu adalah mud volcano terbesar di muka bumi.
Gempa juga bisa menggetarkan geyser dan gunung berapi sungguhan. Misalnya, gempa Denali tahun 2002 di Alaska mengubah jadwal semburan geyser di Taman Nasional Yellowstone selama beberapa bulan. Sementara, getaran seismik terkadang juga t menyebabkan lonjakan erupsi gunung berapi di sekitarnya, menyusul terjadinya gempa. (*/lip6)
Posting Komentar