Tempo
Iptek | 12/08/2013
CALIFORNIA - Malam ini, Senin (12/8), masyarakat dunia bisa menikmati puncak hujan meteor Perseid yang terjadi setiap tahun. Sebenarnya hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak 17 Juli lalu.
Hujan meteor Perseid merupakan peristiwa tahunan yang dianggap sebagai salah satu peristiwa terbaik. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan, peneliti maupun masyarakat bisa melihat hingga 60 meteor jatuh per jam pada tahun ini. Nama Perseid berasal dari nama rasi bintang Perseus karena hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah Rasi Bintang Perseus.
Meteor Perseid ini akan terlihat terutama di belahan bumi utara setiap tahun pada akhir Juli atau awal Agustus, ketika bumi melewati sisa-sisa komet Swift-Tuttle. Bintang jatuh juga akan terlihat Senin malam hingga Selasa pagi.
Pengamat mungkin akan memiliki keberuntungan terbaik untuk melihat hujan meteor Perseid selama beberapa jam pada malam hari, dari 11 Agustus sampai 13 Agustus, tanpa silau bulan. Untuk mendapatkan tampilan yang optimal, penikmat peristiwa ini mungkin harus menyisihkan beberapa jam jadwal tidur mereka untuk melihat pertunjukan saat bulan terbenam sesaat sebelum fajar.
Bill Cooke, kepala NASA's Meteoroid Environment Office, menyarankan agar penikmat pergi ke luar dan melihat langit setidaknya 30 menit sebelumnya untuk membiarkan mata mereka menyesuaikan diri dengan kegelapan.
"Pengalaman saya adalah bahwa kebanyakan orang yang kecewa melihat meteor pergi keluar untuk hanya beberapa menit berharap melihat sesuatu: ini akan bekerja hanya untuk ledakan besar tidak hujan meteor normal," kata Cooke seperti dikutip dari laman The Huffington Post, Ahad 11 Agustus 2013.
Cooke dan ahli meteor lainnya di Marshall Space Flight Center akan menjadi tuan rumah chat online pada Sabtu malam pukul 23.00 waktu setempat untuk menjawab pertanyaan sebelum puncak hujan meteor ini.
Meteor Perseid berasal dari debu ekor komet Swift Tuttle yang ditemukan oleh Astronom Lewis Swift dan Horace Tuttle dari Amerika pada tahun 1862. Bumi yang berevolusi mengelilingi matahari melewati lintasan dari serpihan debu komet Swift Tuttle ini setiap tahunnya, lebih tepatnya setiap bulan Agustus.
Saat Bumi melintasi serpihan bebatuan dari ekor komet Swift Tuttle, bebatuan tersebut mau tak mau tertarik oleh gravitasi bumi, menuju bumi, dan terbakar oleh lapisan atmosfer matahari yang menyebabkan terlihat seperti bintang jatuh di langit malam. Bebatuan meteor terbakar lebih dulu di atmosfer sehingga saat jatuh ke bumi hanya berupa butiran pasir yang sama sekali tak berbahaya.(tmp)
Posting Komentar