Kronologi Pembunuhan Densus 88 Terhadap Abu Roban


BATANG  – Untung Hidayat alias Abu Roban menjadi salah satu dari beberapa terduga teroris yang meninggal dunia setelah terkena tembakan peluru tajam Densus 88 Antiteror Mabes Polri dalam pengungkapan kasus terorisme yang dilakukan Densus 88 secara serempak di daerah Jakarta, Tangerang, Bandung, Kebumen, Batang, Kendal dan Lampung pada pekan lalu.

Abu Roban ditembak mati Densus 88 di jalan Kalangsono, Desa Babadan, Kecamatan Limpung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Sebagaimana diberitakan media massa pada umumnya, Abu Roban yang ditembak mati tersebut lantaran melawan petugas Densus 88 saat hendak ditangkap hidup-hidup.
Sementara itu, Supiyanto alias Yanto, adik dari Abu Roban ditangkap hidup-hidup yang saat itu bersama dengan Abu Roban. Untuk mengetahui kronologi yang sesungguhnya akan kejadian yang menimpa dua aktivis Islam yang dituduh sebagai teroris oleh Densus 88 ini, team voa-islam.compada hari Minggu dan Senin, 12 dan 13 Mei 2013 melakukan penelusuran.
Menurut kesaksian Pak Joko (nama samaran) pada Senin (12/5/2013) kepada voa-islam.com, saat penangkapan Supiyanto dan penembakan terhadap Abu Roban, sebetulnya ada lima orang warga, termasuk dirinya yang melihat secara langsung kejadian tersebut dari jarak lumayan dekat.
Kelima orang tersebut secara spontan langsung mengambil Handphone (HP) genggamnya, dan mengarahkan video kamera HP-nya kearah kejadian berlangsung. Namun setelah kejadian penangkapan dan penembakan tersebut selesai, Densus 88 langsung meminta HP para warga tersebut sambil menodongkan senapannya. Berikut ini hasil investigasi yang dapat dihimpun team voa-islam.com :
Ada Lima Saksi Mata Yang Melihat Langsung 
Rabu sore sekitar pukul 15.00 WIB, Yanto diajak Abu Roban untuk menservis kendaraan roda dua milik Abu Roban ke bengkel motor yang berada tak jauh dari rumah kontrakan Abu Roban. Yanto membawa motor sendiri berada dibelakang dan mengikuti Abu Roban yang berada didepannya.
...Jadi saat hendak menolong orang yang terjatuh itu, yang menolong ini malah langsung ditembak di pahanya oleh beberapa orang yang mengepung mereka...
Tak berselang lama, dua orang yang menaiki satu kendaraan bermotor langsung memepet Yanto dan menendangnya hingga jatuh tersungkur ke jalan raya. Mendengar ada seseorang yang jatuh dari motor, lima orang yang terdekat dari situ dan Abu Roban (jadinya 6 orang) langsung menghentikan motornya dan hendak berusaha untuk menolongnya.
Orang yang pertama kali hendak menolong Yanto adalah Abu Roban. Namun saat hendak membangunkan Yanto, Abu Roban langsung dikepung oleh beberapa orang tinggi besar dan berbadan tegap yang keluar dari mobil Avanza. Seketika itu pula, tanpa adanya percakapan, Abu Roban langsung ditembak kakinya oleh orang-orang tersebut.
“Jadi saat hendak menolong orang yang terjatuh itu, yang menolong ini malah langsung ditembak di pahanya oleh beberapa orang yang mengepung mereka. Maka dari itu, saya dan beberapa orang yang ada disitu takut untuk mendekat,” ujar Joko yang meminta namanya untuk disamarkan.
...Yang saya dengar dan lihat, ada dua tembakan lagi. Satu tembakan ke arah tangannya karena sepertinya dia mau mengambil sesuatu seperti pistol jenis FN yang biasa ditayangkan di TV itu. Lalu dia ditembak lagi ke arah tubuhnya, entah perut atau dada...
Abu Roban bukannya tanpa perlawanan, setelah ditembak pahanya, Abu Roban hendak mengeluarkan pistol jenis FN yang ada dipinggangnya. Namun dia kalah cepat dengan Densus 88 yang langsung menembak tangan Abu Roban hingga dia tersungkur. Dan setelah tersungkur ke jalan aspal, Densus 88 kembali menembak Abu Roban ke arah tubuhnya.
“Yang saya dengar dan lihat itu ada dua tembakan lagi. Satu tembakan ke arah tangannya karena sepertinya dia mau mengambil sesuatu seperti pistol jenis FN yang biasa ditayangkan di TV itu. Lalu dia ditembak lagi ke arah tubuhnya, entah perut atau dada, saat itu saya kurang jelas,” ucapya.
Setelah tertembak tiga kali, Abu Roban diketahui masih hidup sebelum dinaikkan ke dalam mobil. Menurut penjelasan Joko, Yanto tidak ditembak, yang ditembak hanya Abu Roban saja. Karena setelah jatuh dari motor, dan hendak ditolong oleh Abu Roban, Yanto langsung diikat tali putih dengan tangan berada dibelakang.
Saksi Mata : Abu Roban Bisa Saja Meninggal Lantaran Dilakban Mukanya

Namun yang membuat dirinya heran adalah dalam berita di TV-TV malam itu, Abu Roban dikabarkan tewas karena ditembak Densus 88. Untuk itu dia menduga bahwa Abu Roban buka meninggal setelah ditembak, namun meninggal setelah di tutupi kain hitam dan di lakban mukanya dengan sangat kencang dan tertutup rapat.
...Setelah ditembak saya yakin dia(Abu Roban -red) masih hidup. Tapi sebelum dinaikkan ke mobil itu, muka dia ditutupi dengan kain hitam dan dilakban dengan sangat erat sekali. Jadi dugaan saya terbunuhnya itu bisa saja karena tak bisa nafas...
“Jadi setelah ditembak itu dia (Abu Roban -red) masih hidup, saya yakin dia masih hidup. Soale dia masih gerak-gerak dan melakukan sedikit perlawanan meskipun tangannya sudah diikat kebelakang. Tapi sebelum dinaikkan ke mobil itu, muka dia ditutupi dengan kain hitam dan dilakban dengan sangat erat sekali. Jadi dugaan saya terbunuhnya itu bisa saja karena tak bisa nafas mas,” jelasnya.

Saat ditanya apakah yang dilakban itu mukanya atau hanya matanya saja, Joko menjawab bahwa yang dilakban adalah seluruh mukanya. Setelah diikat semua, Densus 88 kemudian menyewa mobil Kijang milik warga sekitar untuk mengangkut Yanto dan Abu Roban ke rumah sakit di Kendal.
“Saat itu, mas Agus yang merupakan pemilik mobil Kijang yang disewa Densus 88 dengan bayaran 500 ribu disuruh untuk mengantarkan dua orang itu ke rumah sakit Kendal. Awalnya saat mau menyewa mobil itu, Densus 88 mengaku kejadian tersebut adalah penindakan curanmor yang dilakukan aparat kepolisian setempat,” kata Joko menirukan ucapan Agus kepadanya.
Alat Bukti Kekejaman Densus 88 Langsung Diminta Paksa Sambil Menodongkan Pistol Kearah Warga
Maka dari itu, warga diminta membantu mengantar sampai ke rumah sakit  di Kendal, dan warga disuruh untuk membawa ketiga sepeda motor milik Abu Roban dua unit kendaraan bermotor yang dinaiki Yanto dan Abu Roban serta satu unit lagi motor yang dipakai Densus 88 ke Mapolsek setempat.
...Saat itu sebetulnya ada lima orang saksi mata yang merekam pakai HP. Tapi, setelah Densus 88 membawa dua orang yang ditangkap dan ditembak itu, HP para warga tersebut diminta paksa sambil menodongkan pistol...
Joko melanjutkan, bahwa saat itu kelima orang termasuk dirinya yang terdekat dengan tempat kejadian berlangsung inisiatif merekam memakai kamera HP. Namun setelah selesai kejadian, Densus 88 memaksa para warga tersebut untuk menyerahkan HP mereka.
“Saat itu sebetulnya ada lima orang yang merekam kejadian tersebut pakai HP. Tapi oleh orang-orang yang menembak itu, HP ke-empat warga yang melihat dan merekan itu diminta dengan paksa sambil menodongkan pistolnya. Punya saya sendiri waktu itu mau diminta, tapi setelah saya bilang bahwa HP saya tak bisa untuk merekam, HP saya tidak jadi diminta,” tandasnya. [Khalid Khalifah]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

LANGUAGE