Tahukah Anda: Google Akui ‘Bulan Bintang’ Bendera Aceh

Kendati masih kontroversi dan belum di-sahkan menjadi Bendera resmi Aceh, ternyata Google terlebih dulu mencuri start memasang Bulan Bintang dihalaman utama kata kunci Pencarian ‘Aceh’.

Jika Anda mengetik keyword  kata ‘Atjeh’ atau ‘Aceh’ di mesin pencari Google. Maka apa yang terjadi? Anda akan mendapati hamparan Peta Aceh sekaligus ‘Bulan Bintang’ terpampang jelas disisi kanan laman Google persis seperti yang terlihat di gambar di atas. 
Selanjutnya mesin pencarian Google mendeskripsikan sebagai berikut:
Aceh is a special region of Indonesia. It is located at the northern end of Sumatra. It capital is Banda Aceh and its population is approximately 4,500,000. Wikipedia

Lantas Mengapa Google  akui Bendera Bulan Bintang?

Sama halnya apabila pengguna mengetik nama-nama negara semisal, Indonesia, Thailand atau Malaysia. Maka, mesin pencari google akan memunculkan hamparan Peta lengkap dengan Bendera Negara tersebut.

Lantas Atjehcyber.net melanjutkan penelusuran asal bendera ‘Bulan Bintang’ Aceh tersebut sehingga dikutip oleh Google dihalaman utamanya.

Ternyata, bendera tersebut berasal dari sebuah laman flagspot.net situs terbesar ditujukan untuk vexillology (studi bendera) bernama ‘Flags of the World’ (FOTW) asal luar negeri yang didirikan pada tahun 1994.
Di sana Anda dapat menemukan lebih dari 53.000 bendera negara, wilayah, kabupaten dan kota, baik dulu hingga saat ini. Mengutip FOTW, laman tersebut mendeskripsikan cukup detail dan terperinci sejarah asal mula Bendera Bulan Bintang ini dari sebuah wawancara di Hallands-Posten, sebuah koran di Swedia pada 1999.

Berikut Laman FOTW melansir asal mula bendera dari wawancara tersebut;

Bendera negara independen Aceh-Sumatra secara resmi dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan dan diperbaharui pada tanggal 4 Desember 1976 oleh Kepala Negara Teungku Tjhik di Tiro Muhammad Hasan (Teungku Hasan di Tiro).

Gerakan Aceh Merdeka (Gerakan Aceh Merdeka (GAM), juga dikenal sebagai Front Pembebasan Nasional Aceh Sumatera (ASNLF), adalah kelompok Islam bersenjata meraih kemerdekaan bagi Aceh (Acheh, Achin atau Atjeh) di Sumatra dari seluruh Indonesia.

Bendera Negara Aceh berusia lebih dari seribu tahun, sejak zaman Sultan Ali Mughayat Shah, Iskandar Muda, Shah Mahmud, Tengku Tjhik di Tiro Muhammad Saman sampai hari ini. Namun dua garis-garis hitam yang ditambahkan pada tahun 1976 oleh Kepala Negara saat ini, Tengku Hasan di Tiro, untuk memperingati semua perang Aceh mati syahid dalam membela bendera ini di masa lalu.

Bendera lebih dari seribu tahun tersebut digunakan dalam pertempuran laut melawan Portugal (Portugis) pada 1586, dan dalam perang melawan Belanda dari tahun 1873 sampai 1942. (Secara resmi perang berakhir pada 1914, Namun kelompok-kelompok kecil yang bertahan terus berjuang Pada tahun 1942 Jepang menyerbu Hindia Belanda.)

Sabit dan bintang adalah simbol Islam sebagai penyerahkan kepada Allah, hukum dan keadilan. Merah bermakna keberanian, kesetiaan, kebenaran dan kesediaan untuk berkorban untuk jalan yang benar di jalan Allah. Para fimbriations putih melambangkan kemurnian dari objek ciptakan. Panjang bendera ditetapkan sesuai standar dari desainer ahli.

Ada rancangan undang-undang otonomi khusus bagi provinsi Aceh. Hukum akan segera dibahas oleh parlemen pusat. Termasuk dalam draft adalah perubahan nama dari 'Provinsi Daerah Istimewa Aceh' untuk 'Nanggroe Aceh Darussalam' (NAD), otoritas Negeri Wali (Sultan-red) untuk merancang lambang NAD, dan yang paling menarik adalah desain dan penggunaan 'Alam Aceh', yang merupakan bendera / standar Aceh.

Jika rancangan ini disahkan, Aceh akan menjadi wilayah pertama di Indonesia menggunakan bendera regional de facto dan dijamin oleh hukum. Tampaknya tak terelakkan bahwa Aceh akan mengibarkan bendera baru mereka jika rancangan ini disahkan (menjadi hukum penuh operasi), karena tuntutan untuk kedua otonomi dan independen yang sangat kuat di sana.

Pernyataan bahwa bendera adalah lebih dari 1000 tahun tampaknya menjadi klaim umum oleh rakyat Aceh.

Santiago Dotor , Željko Heimer , António Martins , Mark Sensen , 29-30 September 1999
Deskripsi yang dinukil FOTW senada dengan sejumlah penggagas di DPR-Aceh yang mengusulkan penggunaan bendera bulan bintang sebagai bendera Aceh dalam Rancangan Qanun Bendera dan Lambang Aceh pada 19-20 November lalu.
Sekretaris Badan Legislasi DPR-Aceh, Abdullah Saleh pernah menjelaskan. Bendera itu simbol-simbol yang digali dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang di Aceh.
”Masalah bendera dan lambang ini, tidak dilihat dalam fase GAM saja, tapi harus dilihat fase Aceh sebelumnya. Sesungguhnya bendera yang diajukan itu sudah ada sejak masa kesultanan Aceh. Jadi, klaim ini bukan semata klaim GAM,” ujar Saleh dilansir Atjehpost, (9/12) lalu.
Abdulah menjelaskan, simbol warna putih adalah simbol suci, dan bukan hanya Aceh yang menggunakan putih sebagai simbol. Banyak juga bendera yang memakai warna putih. Begitu juga dengan warga merah sebagai simbol keberanian yang berlaku universal.
Sedangkan garis hitam di antara bulan dan bintang merupakan bentuk duka cita untuk mengenang para syuhada yang telah gugur. Sedangkan penggunaan bulan bintang sebagai simbol Islam yang selama ini menjadi ciri khas Aceh.
Perihal bendera Aceh sebenarnya juga tertuang dalam butir-butir nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Republik Indonesia dan GAM, di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. Setidaknya ada dua butir nota kesepahaman yang menjelaskan soal bendera Aceh. Di antaranya pada butir 1.1.5. disebutkan Aceh memiliki hak untuk menggunakan simbol-simbol wilayah termasuk bendera, lambang dan himne.
Sampai saat ini, Bendera Aceh masih menjadi kontroversi dikalangan elit Aceh dan Pusat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

LANGUAGE