YERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Iran merencanakan tragedi "Holocaust" jilid dua. Netanyahu menambahkan, saat ini Israel tidak pernah meremehkan kemampuan Iran yang ingin menghancurkan Israel.
"Pembantahan atas Holocaust terus diutarakan oleh sejumlah negara di dunia ini," ujar Netanyahu di depan anggota kabinetnya, seperti dikutip Haaretz, Senin (28/1/2013).
"Bukan oleh kelompok, bukan oleh individu, bukan oleh kelompok yang termarjinalkan, melainkan dari Iran. Pemimpin negara itu selalu membantah peristiwa Holocaust setiap harinya dan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), namun pada saat yang sama, mereka justru mempersiapkan apa yang mereka sebut sebagai Holocaust selanjutnya: Kehancuran Negeri Yahudi," tegasnya.
Bertepatan dengan Peringatan Holocaust, Netanyahu mengingatkan kembali bahwa Israel tak pernah memandang remeh kekuatan Iran. Netanyahu kembali menegaskan misinya yang ingin menghentikan Iran menjadi negara yang memiliki kekuatan nuklir.
Pada Sabtu pekan lalu, pejabat senior Iran mengatakan, Iran akan memandang serangan militer yang ditujukan ke Suriah sama seperti halnya menyerang Iran. Pernyataan itupun mendapat tanggapan dari Netanyahu.
Netanyahu kembali menyinggung isu senjata kimia di Suriah. Oleh karena itulah, Israel harus membentuk koalisi terbesar dengan komunitas internasional guna menindak Suriah.
"Timur Tengah tidak menunggu hasil dari pemilu dan tidak akan berhenti di saat Pemerintah Israel terbentuk. Kami menghadapi banyak ancaman dari yang paling berbahaya, yang pernah saya katakan pada Anda. Saya akan membangun koalisi yang palign luas dan pemerintahan yang paling stabil untuk merespons seluruh ancaman yang muncul," imbuh Netanyahu.
Sejauh ini, Israel selalu merasa terancam dengan eksistensi kelompok Hizbullah, Hamas, Iran, dan juga Suriah. Keempat pihak itu selalu menyuarakan kecaman terhadap Israel yang menduduki wilayah Palestina. Israel pun mulai mempertimbangkan adanya serangan militer ke lokasi penyimpanan senjata kimia Suriah.
HAARETZ | OKEZ | ATC
Posting Komentar