Tak ada yang baru dalam statemen
mantan kepala intelijen Israel Mossad Amos Yedlin soal infiltrasi
spionase lokal (orang setempat) ke 10 negara Arab, terutama Mesir. Ini
statemen yang pernah disampaikan sejak beberapa tahun lalu dan
ditegaskan kembali.
Spionase adalah pasal utama
dalam strategi Israel. Di Amerika beberapa waktu lalu dirilis laporan
intelijen yang mengatakan, “Israel memiliki nafsu berlebihan untuk
mengetahui informasi-informasi tentang pihak lain.
Israel bertindak dengan motivasi
naluristik. Bahkan sekutu terbesar Israel yakni Amerika tidak selamat
dari sasaran informasi rahasia yang diburu oleh Negara zionis ini.
Contoh paling mutakhir adalah
spionase Jonathan Pollard yang bekerja di angkatan laut Amerika yang
membocorkan ribuan dokumen rahasia yang pengungkapannya dianggap Amerika
akan mengancam keamanan nasionalnya.”
Seperti diketahui kerjasama erat
antara CIA dan Mossad dalam pertukaran informasi dan Amerika yang
mengandalkan hasil kerja intelijen Israel terkait informasi rahasia
terkait Negara-negara Arab.
Yedlin dalam laporannya saat
menyerahkan jabatan dan tugasnya kepada penerusnya Jenderal Avev
Khoveve, ia mengatakan bahwa Mesir merupakan medan terbesar bagi
aktivitas intelijen Israel dan aktivitas itu telah dikembangkan menjadi
rencana terorganisir sejak tahun 1970.
Dokumen dengan nama “Strategi
Israel tahun 1980-an masih dirahasiakan dengan bahasa ibrani sampai
akhirnya aktivis asosiasi luar negeri di perguruan tinggi Amerika
keturunan Arab yang ia terjemah dalam bahasa Inggris.
Dokumen rahasia itu berbicara
tentang rencana Israel memecah belah Negara-negara Arab dari dalam,
menciptakan disintregasi, perpecahan kelompok dengan merekrut agen-agen
setempat dan menggunakan mereka untuk mencapai target-target dan tujuan
Israel. Itulah poin pertama yang dalam laporan Yedlin.
Kita juga masih ingat bagaimana
bocoran dari badan intelijen dalam negeri Shinbet bahwa mereka merekrut
15 ribu warga Palestina dari wilayah jajahan 1948 sebagai agen Israel
setelah operasi Israel beruntun yang membidik pimpinan-pimpinan
Palestina dengan roket secara langsung ketika berada di tempat
tertentu.
Poin kedua yang dalam laporan
Yedlin yang terkait dengan tujuan utama infiltrasi Israel ke
Negara-negara Arab adalah menciptakan perpecahan dalam negeri di
masyarakat Arab.
Yedlin bicara tentang Mesir,
“Kami melakukan provokasi menciptakan ketegangan social di masyarakat,
perpecahan kelompok untuk menciptakan chaos-chaos. Hal ini untuk
memperdalam perbedaan antara masyarakat dan pemerintah sehingga akan
sulit bagi pemerintah setelah Hosni Mubarak untuk mengurangi
perbedaan-perbedaan itu.”
Laporan Yedlin bicara tentang
peran yang dimainkan oleh intelijen Israel dalam menghancurkan
infrastruktur pemerintah dan rakyat Irak dan Sudan dan lainnya dan juga
berperan penting dalam pemisahan Sudan selatan.
Israel selalu menganggap bahwa
Sinai adalah titik panas di perbatasan sebelah selatan. Karena itu apa
yang dilakukan oleh organisasi teroris ekstrim adalah peran yang tidak
keluar dari melayani kepentingan Israel dalam memecah belah negeri Mesir
dan menciptakan konflik-konflik kelompok dan perpecahan dan
menghancurkan hubungan dengan pemerintah.
Sebagian kelompok yang dianggap
ekstrim itu bekerja dan bertindak berdasarkan kebodohan dan tidak paham
masalah politik serta tidak memiliki ilmu hubungan internasional serta
strategi kekuatan luar negeri.
Akhirnya apa yang mereka lakukan
adalah berpihak kepada kepentingan sebagian kelompok. Bahkan, sebagian
organisasi itu bekerja sebagai agen-agen Mossad. | Athef Ghamiri (*/iPalestina)
Posting Komentar