Susilo Bambang Yudhoyono memang menjadi sebagai Presiden RI, tetapi dia bukan pemimpin negeri yang melindungi rakyat. SBY hanya sebagai “direktur impor sapi” atau dalam praktiknya hanya menjadi “deputi direktur Bulog untuk beras.”
“Kini kita auto pilot, semua berjalan sendiri-sendiri. Jepang, Malaysia, Korea Selatan memang sukses menjalankan pola demikian, tetapi tidak di Indonesia,” kata mantan Menteri Pertanian Prof Dr Bungaran Saragih dalam diskusi di Jakarta, Jumat (1/11/2013) malam.
Bungaran mengatakan, pemerintahan SBY tidak punya arah, serba bimbang, sebagaimana terbukti dari pernyataan SBY yang diralat sendiri atau tidak dilaksanakan. Soal Bunda Putri, katanya dalam satu dua hari diungkap, tapi juru bicara presiden meralat pernyataan tersebut.
Jika diibaratkan dengan kursus, SBY banyak mengikuti kursus, tetapi hanya sampai tingkat elementry. Kalau sedikit naik kelas, seperti tingkat intermediate, SBY sudah kebingungan karena tak mampu menangkap makna.
“Pada tingkat elementry, SBY memang memperoleh nilai A. Tetapi di tingkat intermediate, SBY tak bisa menangkap esensi masalah. Itu sebabnya kebijakan pemerintahan SBY tak jelas mau ke arah mana. Semua serba mengambang,” ujarnya.
Bungaran tampil menjadi pembicara bersama Dr Ir Djamester A Simarmata, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), di markas Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Relawan Jokowi), di Cawang Baru, Jakarta Timur.
“Jika hasil survei Stan Greenberg menyebut Jokowi sebagai sosok honest and trusted (jujur dan dapat dipercaya), maka SBY not honest and not trusted (tidak jujur dan tidak bisa dipercaya). SBY banyak bicara tetapi tak ada implementasi,” katanya. (*/rol/rima)
Posting Komentar