Menteri Penerangan Arab Saudi Abdulaziz bin Mohiuddin Khoja prihatin
atas pemberitaan media massa asing yang mesinyalir bahwa Arab Saudi dan
Israel bersekongkol akan menyerang fasilitas nuklir Iran.
"Itu berita sampah," kata Menteri Abdulaziz bin Mohiuddin Khoja kepada
Antara usai pembukaan Kongres Kantor Berita se-Dunia (News Agencies
World Congress/NAWC) ke-4 di Riyadh, Senin malam.
Dia dimintai penegasan sikap pemerintah negara kaya minyak itu atas
pemberitaan surat kabar Inggris, Sunday Times, yang dikutip luas
berbagai media massa asing termasuk koran berpengaruh Israel, Haarezt.
"Jelas, berita itu tidak berdasar, dan tidak mungkin Arab Saudi
bersekongkol dengan Israel untuk menyerang Iran. Lagi pula, Arab Saudi
tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel," katanya.
Sementara itu, dalam sambutannya pada acara pembukaan NAWC ke-4, Menteri
Kebudayaan dan Penerangan Abdulaziz bin Mohiuddin Khoja mengingatkan
kepada semua kantor berita dan media massa lainnya untuk tetap mematuhi
kaedah jurnalistik dan berhati-hati dalam menyiarkan berita.
NAWC ke-4 bertema "Re-inventing the News Agency in the 21st Century"
tersebut dihadiri utusan 112 kantor berita dari 70 negara mencakup
Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Australia.
Kongres Kantor Berita se-Dunia itu digelar sekali dalam tiga tahun
setelah kegiatan pertama berlangsung di Rusia pada 2004 disusul yang
kedua di Spanyol pada 2007 dan ketiga di Argentina tahun 2010.
"Tujuan utama kongres tersebut adalah untuk saling tukar pengalaman
antar-kantor berita dan memberdayakan semua wartawannya dalam pesatnya
lalu lintas pemberitaan," kata Presiden Kantor Berita Arab Saudi selaku
Ketua NAWC ke-4, Abdullah bin Fahad Al Hussein.
Awal Munculnya Berita 'Sampah'
Di bawah berita utama koran Inggris "Sunday Times" berjudul, "Dua musuh
lama bersatu melawan Teheran", menyatakan Israel dan Arab Saudi bekerja
sama pada "rencana darurat untuk kemungkinan serangan terhadap Iran jika
kegiatan nuklirnya tidak diatasi secara berarti.
"Sebagai bagian dari pertumbuhan kerja sama itu, Riyadh dipahami sudah
memberi lampu hijau untuk pesawat Israel menggunakan wilayah udaranya
dalam hal terjadi serangan terhadap Iran," kata dia.
Juru bicara Saudi itu menyatakan laporan itu "sama sekali tidak berdasar".
Saudi, yang berpenduduk sebagian besar Sunni, terkunci dalam
berdasawarsa persaingan dengan Iran, yang berpenduduk sebagian besar
Syiah, sementara Israel mencurigai Teheran diam-diam membuat senjata
nuklir dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan tentara.
Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu.
Pada 2002, kerajaan itu mengajukan prakarsa perdamaian, yang menawarkan
Israel pengakuan diplomatik penuh dari semua negara Arab dalam
pertukaran untuk pengembalian tanah Arab, yang didudukinya. (*/ant)
Posting Komentar