Haruskah Beri Ucapan Selamat Atas Kemenangan Fatin?



islampos_fatin_shidqia
SIAPA tak kenal Fatin Shidqia Lubis? Penyanyi baru jebolan X Factor Indonesia berusia 16 tahun asal Jakarta. Namanya seketika sering muncul di berbagai media elektronik ataupun jejaring sosial. Itu tak lain karena, suara yang banyak orang bilang ‘unik’ dan penampilannya yang berbeda dari penyanyi pop kebanyakan. Berjilbab alias menggunakan kerudung.
Kemenangannya yang baru saja diraih Sabtu dini hari kemarin (25/5/2013), menjadi buah bibir warga Indonesia. Tak ketinggalan menjadi trending topic dunia di jejaring sosial twitter. Ucapan selamat dari berbagai kalangan, mulai dari warga Indonesia, fans fatin yang biasa disebut dengan ‘fatinistic’, teman-teman di X Factor, beberapa artis Indonesia sampai artis dari kancah Internasional seperti Lenka pun ikut memberikan ucapan selamat.
Tidak jadi soal bukan mengucapkan selamat? Bagaimana jika seorang aktivis da’wah yang mengatakannya? Terlepas dari masalah halal dan haram, karena ini bukanlah masalah memberikan ucapan selamat hari raya kepada agama lain. Tapi apakah ahsan?
Sebagai muslimah yang istiqomah mempertahankan jilbabnya diatas panggung, Fatin patut diacungi jempol. Begitu juga atas kegigihan dan perjuangannya berlatih keras dalam bernyanyi, hingga membuat suaranya yang ‘unik’ bisa masuk dan menempel di gendang telinga penyuka musik.
Itu lain soal, tapi apakah dengan mengucapkan selamat kita mendukung sebuah aksi muslimah yang dipertontonkan di depan jutaan pasang mata manusia? Bisa jadi ya. Kita masih bermimpi tentang hebatnya seorang muslimah yang memberikan citra bahwa orang Islam itu juga bisa berprestasi. Apakah masih bisa dikatakan berprestasi jika yang dilakukan melanggar ketentuan syari’at? Ingin terlihat mulia di hadapan siapa kita jika begitu? Allah Swt. atau malah hanya ingin dilihat hamba-Nya yang terkadang mengikuti hawa nafsu.
Bukannya tidak ikut berbahagia atas prestasi yang diukirkan sesama muslim, tapi kita harus jeli dalam memandang. Prestasi dalam bentuk apa yang diraih, bagaimana cara meraihnya dan dalam prosesnya benar-benar sesuai syari’at atau belum.
Belum habis masalah aturan berhijab yang benar menurut syari’at, kita akan terbentur dengan masalah suara indah muslimah di hadapan laki-laki bukan muhrim. Belum lagi latihan yang dilakukan pun bisa jadi mengundang khalwat atau juga ikhtilat dengan laki-laki yang jelas bukan muhrimnya.
Bagaimana dengan Imam Syafi’i yang menghafal Al-Quran di usia tujuh tahun? Beliau begitu luar biasa dan namanya harum sepanjang masa, padahal jarak waktu kini dengan masa hidupnya berabad-abad tapi namanya tak lekang oleh waktu. Dan inilah contoh perjuangan dan prestasi yang mulia di mata manusia juga di mata sang Khaliq, Allah Swt.
Sejalan dengan pernyataan mantan perdana menteri Inggris, Gleed Stones yang menyebutkan bahwa menghancurkan umat Islam itu dengan cara menjauhkan mereka dari al-Quran. Begitu juga dengan kejayaan umat Islam jaman dahulu adalah karena mereka dekat dengan al-Quran mengamalkan dan berpedoman terhadapnya dan tidak lupa dengan hadits Rasulullah Saw. [islampos]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

LANGUAGE