Isra al-Modallal, perempuan yang menghabiskan sebagian dari tahun-tahun sekolahnya di Inggris, akan menjadi wajah baru pemerintah Hamas di Gaza di depan publik setelah diangkat sebagai juru bicara. Ia juru bicara pertama perempuan di Hamas.
Isra, 23 tahun, memulai pekerjaan barunya minggu ini, dan akan berurusan dengan isu hukum hak asasi manusia dan isu-isu lain sebagai wakil Hamas. Dia berencana untuk meluncurkan Twitter dan kampanye di Facebook dalam waktu dekat untuk mempromosikan Hamas dan kebijakannya.
Modallal memiliki aksen Inggris Yorkshire karena tiga tahun ia bersekolah di Bradford saat ayahnya kuliah. "Saya memiliki kenangan yang baik. Ini adalah bagian yang baik dari hidup saya," katanya kepada The Guardian.
Setelah menyelesaikan gelar sarjana dalam studi media di Universitas Islam di Gaza, di mana ia berhubungan erat dengan Hamas, Isra telah bekerja sebagai wartawan dan presenter televisi. Dia mengaku menerima tawaran pekerjaan sebagai juru bicara media internasional Hamas setelah memikirkan tawaran itu untuk beberapa waktu.
Dia mengaku bukan anggota Hamas. "Saya bukan milik faksi (politik). Saya orang Palestina," katanya.
Isra mengatakan, ia akan berkonsentrasi pada isu-isu hak asasi manusia dan kemanusiaan. "Kebanyakan orang di dunia mengakui bahwa orang Palestina juga manusia. Jadi, dunia akan memahami pesan kita sebagai pengungsi dan orang-orang yang hidup di bawah pengepungan," katanya.
Dia mengaku sadar akan tanggung jawab besar dari perannya ini, terutama karena usianya. Ia juga menegaskan bahwa jenis kelaminnya juga tak menjadi faktor penting.
"Perempuan Palestina mengambil peran aktif di jalan, di organisasi, di media. Saya belum menemukan kesulitan menjadi seorang wanita. Kami memiliki semua kebebasan yang dibutuhkan."
Hamas memiliki menteri perempuan dalam pemerintahan, dan juga beberapa legislator perempuan. Namun Hamas dikritik karena menerapkan pembatasan perempuan dalam kegiatan sosial dan menekan perempuan untuk mengenakan jilbab di depan umum.
Isra memiliki putri berusia empat tahun dari pernikahan yang berakhir dengan perceraian pada usia 20 tahun. "Dia adalah hal yang paling istimewa dalam hidup saya," kata Isra soal anaknya. Keluarganya dan ayah gadis itu membantu menjaga anaknya ketika Isra bekerja.
Pengalaman tiga tahun di Bradford memberinya wawasan dalam budaya dan perspektif Barat. "Saya tidak merasa begitu aneh karena keluarga saya banyak melakukan perjalanan. Namun aku senang pulang, berada di kampung halaman saya, dengan orang-orang saya dan keluarga saya, dan bisa melakukan sejumlah hal untuk negara saya."
Menurut Ihab al-Ghusain, kepala kantor media pemerintah di Gaza, penunjukan Isra adalah bagian dari program untuk mengembangkan dialog dengan Barat, untuk menjelaskan isu-isu Palestina dan posisi Hamas kepada dunia.
"Hal ini juga termasuk dalam rangka memperkuat dan menekankan peran perempuan Palestina," katanya kepada Asharq al-Awasat.
Isra mengatakan, dia tidak akan menjalin kontak dengan media Israel sebagai wakil dari kekuatan pendudukan di Palestina.
Posting Komentar