Kalau ditakdirkan menjadi Presiden, anda akan merasakan pentingnya memimpin dengan visi dan strategi tapi juga harus pragmatis.
Saya tidak tiba-tiba menjadi Presiden. Saya mulai dari memimpin 40 orang ketika Letnan hingga kini memimpin 240 juta orang.
Saya dengar komentar, "SBY itu Jenderal, mestinya bisa lebih tegas dan tidak perlu bicara banyak tentang HAM dan kemanusiaan."
"Pernahkan anda menjumpai dan menyaksikan drama yang memilukan di medan-medan pertempuran?"
Tahun 1976, saat saya melaksanakan tugas operasi di Timtim, terjadi kontak tembak dengan lawan sekitar setengah jam.
Saat bergerak ke depan, saya menjumpai anak laki-laki usia 5 tahun yang menangis, memeluk ibunya yang tewas karena peluru nyasar.
Peristiwa yang akan mengubah masa depan dan kehidupan anak itu selamanya.
Ketika anda menjalani tugas operasi dan bertemu dengan penduduk sipil, anda akan bisa membaca wajah, hati dan pikiran mereka.
Mereka takut, putus asa, bingung. Siang hari mereka takut pada TNI dan Polri. Malam hari mereka takut pada GAM/Fretelin/OPM.
Rasa aman dan tenteram, salah satu hak dasar yang paling azasi, telah dirampas dan dicabut oleh keadaan.
Saya sangat memahami perasaan istri dan anak2 yang kehilangan orang yang mereka cintai. Juga para orang tua prajurit yang gugur itu.
Pengalaman dan pergulatan hidup saya memang membentuk sosok dan kepribadian saya sebagai Presiden.
Saya tidak akan obral dan girang untuk begitu saja menyatakan peperangan dengan bangsa lain. Saya menyenangi perdamaian. #SAP
Posting Komentar