Ribuan pasukan pembebasan Suriah memisahkan diri dari kelompok oposisi moderat yang dibekingi Barat. Mereka membentuk sebuah koalisi baru bertumpu pada Syariah Islam.
Tiga belas faksi pimpinan Front Al-Nusra yang dicap oleh AS sebagai 'teroris' ini, berafiliasi dengan al-Qaidah, mengatakan dalam pernyataan bersama yang diunggah di situs web mereka pada Selasa lalu, bahwa Al-Nusra merasa kepentingan mereka sudah tidak diwakili oleh Koalisi Nasional Suriah (SNC).
SNC adalah faksi pasukan pembebasan yang dibekingi AS dan Barat dan bermarkas di Turki.
“Pasukan-pasukan (di bawah Front Nusra) ini merasa bahwa semua kelompok yang dibentuk di luar negeri tanpa pernah kembali ke Suriah, jelas tidak mewakili mereka, jadi kami tidak menganggap keberadaan mereka,” ujar pernyataan yang dibuat oleh faksi mujahidin Brigade Tawheed.
Pemerintah Presiden Barack Obama giat memasok bantuan militer dan kemanusiaan kepada kelompok-kelompok oposisi untuk mendepak Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menebar senjata kimia membunuh rakyatnya sendiri.
Baik Al-Assad maupun sekutunya, Rusia, berpendapat bahwa oposisi Suriah bersatu dengan para islamis di sekitar perbatasan Suriah untuk menggalang kekuatan mendongkel al-Assad.
Belum jelas benar, faksi Islamis yang baru dibentuk itu wujudnya seperti apa, tapi pengumuman koalisi ini menjadi terang benderang setelah mengungkap pernyataannya bahwa mereka tak menganggap keberadaan “pemerintah” yang dipimpin dokter gigi Ahmad Tumeh yang dipilih SNC sebagai perdana menteri pada awal bulan ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki dalam pernyataannya Rabu kemarin (25/9) mengatakan bahwa para pejabat AS “sudah melihat laporan itu” dan “mendiskusikannya dengan kelompok oposisi moderat mengenai dampak apa yang bakal terjadi di masa mendatang,” tulis Washington Post, Rabu (25/9).
Kelompok oposisi di Suriah kini terbagi dua kelompok, Satu kelompok Islamis Al-Nusra dan satunya lagi kelompok oposisi moderat yang di bekengi Barat. Kedua kelompok ini bersatu melawan rezim Syiah Nushairiyah, Bashar al-Assad.
WASHINGTON POST
Posting Komentar