Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, menilai demokrasi Indonesia
saat ini sudah ternoda dan menuju kedalam jalan sesat.
"Barisan KAHMI ke depan harus lebih rapi, bawa estafet perjuangan para
pendahulu yang telah berjasa pada Republik ini mendirikan bangsa, dan
memperjuangkan nilai - nilai maslahat bagi NKRI. Lalu berbicara soal
demokrasi selama era reformasi, demokrasi kita berada di dalam kegelapan
di tengah kesesatan. Noda terhadap demokrasi dimulai saat awal-awal
reformasi," katanya Minggu (29/09/2013), saat menjadi pembicara
sekaligus sebagai Koordinator Presidium KAHMI di Aula Balaikota Depok.
Mahfud mencontohkan, saat awal-awal reformasi, terdapat pemilihan di
sebuah kabupaten di Yogyakarta. Ternyata calon yang lemah bisa menang
karena ternyata mengeluarkan kocek bayaran.
"Untuk anggota DPRD. Di karantina di hotel. Yang tadinya tak pantas,
jadilah bupati saat itu. Pemilu tahun 1999 juga, kebablasan melahirkan
kebebasan yang berlebih," ungkapnya.
Namun Mahfud mengakui bahwa era reformasi selama 15 tahun membawa
kemajuan yang cukup signifikan. Dulu, kata dia, demokrasi berjalan semu
dimana pemerintahan yang timbul saat itu hegemoni, dikuasai Golkar dan
tak ada hak yang substantif bagi rakyat untuk mengekspresikan diri.
"Kalau mau reformasi harus dimulai dari reformasi politik. Muncul dari
kekuasaan politik, yang menggumpal. Politik yang mau kita reformasi,
kesepakatannya pada waktu itu adalah amandemen UUD 1945.
Ketika berlaku pada masa pertama, saat itu pemerintah otoriter, ketika
Pak Harto berkuasa mengatakan jalankan Pancasila dan UUD 1945, justru
saat itu dilakukan operasi 'sesar' menurunkan Soeharto, dioperasi di
luar jalan konstitusi," paparnya.
Mahfud menilai dulu UUD 1945 yang asli ternyata di dalam faktanya telah
melahirkan otoriterisme. Itu sebabnya parpol-parpol pada saat itu
menyatakan agenda utama reformasi adalah amandemen UUD 1945.
"Apakah amandemen ini bawa hasil atau tidak, sebenarnya beberapa catatan
positif, dari era reformasi, pemilu sekarang jauh berjalan lebih
demokratis dibanding era orde baru. Namun demokrasi saat ini banyak
transaksi besar, demokrasi transaksional. Demokrasi yang dicapai karena
orang mampu membayar," tukasnya. (*/okezone)
Posting Komentar