Media barat bermarkas di Amerika Serikat, The Wall Street Journal dengan tendesius menurunkan sebuah berita yang menggambarkan Front Pembela Islam (FPI) sebagai kelompok Islam Radikal, yang telah sukses menggagalkan Konser Lady Gaga dan melarang final Kontes kecantikan Miss World 2013 di Jakarta.
"Untuk kali kedua dalam dua tahun, pemerintah Indonesia membuka telinga kepada tuntutan kelompok Islam radikal yang mengancam akan melakukan tindak kekerasan terhadap ikon budaya Barat. Setelah menggagalkan konser bintang pop dunia Lady Gaga tahun lalu, para pejabat kini melarang ajang kontes kecantikan Miss World menggelar final di Jakarta," demikian lansir Wall Street Journal (WSJ).
Indonesia, lanjut WSJ, sebetulnya dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim yang moderat. Namun, kaum 'Islam radikal' perlahan mulai menembus masyarakat dan lingkungan pemerintahan. Dengan membatalkan rencana pergelaran puncak Miss World di Jakarta, pemerintah (Indonesia) kembali menyodorkan kemenangan bagi Front Pembela Islam (FPI), yang berulang kali mengkritik keras ajang itu melalui unjuk rasa."
Situasi itu menjelaskan alasan Jakarta membatalkan izin konser Lady Gaga setelah FPI mengancam akan menghadang sang penyanyi di bandar udara dan “membakar panggung” pertunjukan.
Dalam kasus Miss World, para penyelenggara acara berharap sikap FPI melunak jika sesi peragaan bikini ditiadakan. Namun, cara itu gagal. Maka, tiga pekan sebelum acara dimulai, pemerintah mengumumkan Jakarta tertutup bagi acara tersebut. Acara final Miss World 2013 akan berlangsung di Bali.
FPI pun tidak puas. “Kami terpanggil untuk membubarkan [acara] jika pemerintah mengizinkan penyelenggaraan di kawasan lain Indonesia,” ujar pemimpin FPI. Dalam laporannya, koran Jakarta Post mengutip ucapan seorang kader yang berorasi di hadapan massa Jawa Timur: “Kalian siap berjihad? Kalian siap membersihkan Bali dari dosa?” lansir WSJ.
Tingkat keamanan di Bali akan diperkuat mulai Sabtu. Final akan digelar di tempat yang sama dengan konferensi tingkat tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) awal Oktober mendatang yang menghadirkan 1.200 direktur utama serta 20 pemimpin negara termasuk Presiden AS Barack Obama dan PM Australia Tony Abbott.
“Mungkin, para petinggi dunia itu dapat bertanya kepada tuan rumah tentang alasan sikap lunak pemerintah terhadap kelompok garis keras seperti FPI,” tuding the Wall Street Journal, di akhir berita
.
Posting Komentar