ADZAN sudah bukan hal yang asing lagi bagi umat Islam di seluruh dunia. Namun bagaimana jadinya bila adzan dikumandangkan di dalam gereja? Syeikh Khalid al-Abdillah menuturkan pengalaman seorang sahabatnya yang telah pulang dari negara Barat.
Saudaraku tercinta, kandidat doktor Ir Ammar Shalih dari Maroko datang bersilaturahim ke rumah pada malam 20 Ramadhan 1431 H, bersama dengan sebagian teman yang lainnya. sepulang sholat tarawih, setelah dia pergi cukup lama ke Amerika untuk menyelesaikan program Magister, dan ke Inggris untuk menempuh studi Doktoral-nya, terjadilah percakapan panjang malam itu, diantaranya adalah sebuah kisah yang dia alami, kisah yang mampu mengalirkan air mataku dan doa dari lisanku.
Singkat cerita ada salah satu sekte dari agama Nasrani yang mengajak kepada perdamaian dimuka bumi. Dan di antara dasar perdamaian itu adalah adzan kaum muslimin, yang mereka anggap didalamnya terkandung semanagat rohani, kemurnian dan kesucian.
Lalu mereka mengirimkan undangan kepada Islamic Center agar mengutus seorang muadzin untuk mengumandangkan adzan pada pertemuan tahunan mereka. Dan ternyata tempatnya adalah di sebuah Katedral yang sangat besar dan megah.
Lalu pilihan pun jatuh kepada saudaraku tercinta, Ir Ammar. Ia berkata “saya sempat ragu-ragu, kemudian beristikharah dan bermusyawarah. Kemudian aku pun memutuskan pergi dengan mengenakan pakaian arab sempurna (jubah putih atau toph), lalu sayapun adzan di dalam gereja. Maka demi Allah, aku sungguh melihat kekhusyukan mereka yang luar biasa, sekalipun alat-alat musik ada ditangan mereka, demi menunggu selesainya adzanku, dan mulainya pendeta mereka untuk berkhotbah. Begitu saya selesai dan keluar, saya dikagetkan dengan banyaknya orang di luar gereja, sebagian mereka tidak mampu mengendalikan dirinya karena tangisan. Di antara mereka ada seorang kakek yang memintaku untuk menerjemahkan lafazh adzan, agar mereka faham kandungan kalimat-kalimat yang telah menggetarkan hatinya.” Subhanallah. []
Posting Komentar