Perdana Menteri Turki Recep
Tayyip Erdogan mengatakan, pelaku pengebom kantor Kedutaan Besar Amerika
Serikat (AS) kemarin adalah seorang ekstrimis sayap kiri Turki.
Tersangka tergabung dalam sebuah gerakan anti-AS.
Erdogan mengklaim pelaku
pengebom kantor Kedubes AS adalah anggota Revolutionary People's
Liberation Party-Front (DHKP-C). Selain merupakan gerakan anti-AS,
DHKP-C juga menentang North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Gedung Putih menyebut serangan
itu sebagai serangan teror. Usai tragedi pengeboman yang menewaskan dua
orang itu berlangsung, DHKP-C menjadi tersangka tunggal karena tidak ada
kelompok militan lain yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden
itu.
"Pelaku bom bunuh diri ini tewas
dan seorang anggota keamanan ikut tewas. Peristiwa ini menunjukan kita
bahwa kita harus bersatu dan memerangi elemen-elemen terorisme secara
bersama," ujar Erdogan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (2/2/2013).
Menurut laporan dari media lokal
Turki, tersangka pengeboman itu bernama Ecevit Sanli. Seperti diketahui
Sanli sempat terlibat dalam peristiwa pengeboman di kantor polisi dan
kampus militer di Kota Istanbul pada 1997 silam.
Peristiwa ledakan bom itu
terjadi kemarin dan cukup menghebohkan warga sekitar. Ledakan itu
melukai banyak orang yang berkumpul di depan kantor Kedubes AS. Duta
Besar AS untuk Turki Francis Ricciardone langsung muncul keluar dari
gerbang kantornya.
"Tentu saja, ini sangat
menyedihkan. Kami kehilangan satu orang warga Turki yang menjadi petugas
keamanan di gerabang depan," ujar Ricciardone.
REUTERS | OKEZ | ATC
Posting Komentar