Warga Palestina menemukan inovasi baru untuk menghadapi proyek distrik Zionis di desa Bab al-Shams, Baitul Maqdis. Inovasi tersebut berhasil membangkitkan kemarahan Rezim Zionis israel.
Menurut laporan Mehr News mengutip Maan News, kondisi desa Bab al-Shams
yang dijadikan basis warga Palestina dengan mendirikan kemah-kemah guna
melawan proyek distrik Zionis dilaporkan sangat krisis.
Abdullah Abu Rahma, aktivis anti distrik Zionis dan tembok pemisah
mengatakan, penjajah selain memperketat blokade terhadap desa Bab
al-Shams di Baitul Maqdis timur juga memberlakukan kondisi militer di
kawasan ini serta mencegah bergabungnya warga Palestina lainnya ke desa
ini.
Aktivis Palestina ini seraya mengisyaratkan upaya Israel untuk mengusir
warga dari desa Bab al-Shams menjelaskan, "Kami hanya memiliki tekad,
fasilitas kami tidak memiliki. Namun mereka tidak akan dengan mudah
mengusir kami. Kami akan memanfaatkan seluruh pengalaman yang kami
miliki untuk bertahan dan melakukan perlawanan."
Menurutnya, Israel paling sedikit membutuhkan 800 serdadu untuk mengusir warga dari desa Bab al-Shams.
Sementara itu, Salam Fayyad, perdana menteri Otorita Ramallah memuji
program Komite Perlawanan Rakyat anti Tembok Pemisah dan Distrik Zionis
memusatkan pelawanannya di desa Bab al-Shams dan zona E1.
Ia menambahkan, upaya ini sejatinya menunjukkan betapa besar komitmen
bangsa Palestina terhadap hak dan tanah air mereka. Selain itu, hal ini
juga mengindikasikan dengan jelas kesiapan rakyat mendukung cita-cita
tersebut dan menentang pembangunan distrik Zionis Israel.
Seperti diberitakan sebelumnya ratusan warga al-Quds menggelar unjuk
rasa menentang pembangunan distrik Zionis di kawasan ini. Aksi demo
warga kemudian diapresiasi oleh para aktivis dengan aktivis membangun
kamp dengan nama desa Bab al-Sams, terdiri dari 20 kemah baru untuk
berunjuk rasa selama 3 hari.
Para penggagas unjuk rasa menyatakan, undangan aksi berasal dari Komite
Perlawanan Rakyat anti Tembok Pemisah dan Distrik Zionis, sebagai
ungkapan penolakan atas kebijakan penjajah terkait pemukiman dan
penyitaan tanah.
Penjajah Israel memutuskan untuk membangun 4000 unit pemukiman di area
ini, sebagai bagian dari peroyek E1, yang bertujuan menghubungkan
pemukiman di al-Quds dengan pemukiman Maaleh Adumim di kawasan al-Quds
Timur, pada saat yang sama memisahkan al-Quds dari Tepi Barat dan
memisahkan Utara Tepi Barat dari wilayah Selatannya.
Rencana proyek pemukiman zionis E1 dibangun di area seluas 13 Km2, dan
kawasan Zanibah termasuk di dalamnya, di mana sejumlah asosiasi keluarga
pedesaan tinggal, seperti warga Arab Sawahira, Arab Jahalin dan
lainnya.
MEHR NEWS | MA'AN | ATC
Posting Komentar